5346% dan terendah 16,15% pada udang umur 90 hari. Kelulushidupan udang tertinggi terjadi pada udang dengan pakan dan ditambahkan crude protein Zoothamnium penaei umur 90 hari dengan kecenderungan lebih tinggi dari pada yang tidak diberi crude protein yaitu 72% dan 21%. Penambahan crude protein Zoothamnium penaei pada pakan komersial sebagai
Selama budidaya, pertumbuhan udang vaname harus selalu dipantau, termasuk udang vaname umur 20 hari. Hal ini mengingat udang jenis ini memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan jenis udang para petambak, memahami pola pertumbuhan selama budidaya udang vaname berlangsung sangat penting untuk keberhasilan budidaya. Sebab, pertumbuhan udang vaname juga berpengaruh terhadap pemberian pakan yang diberikan pada bagaimana pertumbuhan udang vaname umur 20 hari dan bagaimana cara pemberian pakannya? Berikut penjelasan yang telah kami rangkum khususkhusus anda yang dapat dijadikan sebagai Juga Cara Budidaya Udang Vaname Mudah dari Persiapan hingga PanenPertumbuhan Udang Vaname Umur 20 HariUdang vaname umur 20 hari atau pada saat awal budidaya memiliki tingkat pertumbuhan yang ideal dengan kisaran 1-2,5 gram per minggunya. Sementara berat idealnya kurang lebih 2 gram per ideal ini bisa didapatkan jika jumlah populasi udang yang ada di kolam sesuai dengan kapasitasnya. Sementara sebaliknya, jika kolam tambak memiliki kapasitas berlebih, pertumbuhan udang vaname yang ada di dalamnya dapat lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan bagaimana cara budidaya udang vaname umur 20 hari atau lebih tepatnya pada masa awal budidaya? Sama seperti budidaya pada umumnya, para petambak harus terus mengotrol kondisi udang dan air tambak setiap hari. Hal ini berguna untuk mendeteksi lebih cepat apabila terjadi anomali pada pertumbuhan udang dan kondisi air yang dapat berdampak buruk bagi Juga Ini 7 Tips Panen Udang Vaname yang Sukses dan CuanBudidaya Udang Vaname Umur 20 HariBudidaya udang vaname selalu menjadikan umur atau day of culture doc udang sebagai patokan dalam melakukan berbagai tindakan terkait manajemen tambak, salah satunya adalah cara pemberian pakan berdasarkan umur udang ini bermanfaat untuk mencegah adanya kekurangan atau kelebihan pakan selama budidaya yang dapat menghambat pertumbuhan udang itu, cara pemberian pakan udang umur 20 hari dapat dilakukan dengan metode blind feeding. Sementara jenis pakan yang diberikan yaitu berbentuk granula dengan frekuensi 4 kali sehari serta dosis pakan 25-15%.Jenis pakan granula cocok diberikan untuk udang dari usia doc 16 hari hingga 45 hari. Sementara selanjutnya, granula dapat diganti dengan pelet hingga udang vaname memasuki usia siap Juga 4 Jenis Tambak Udang Vaname yang Harus Kamu KetahuiBudidaya Udang Vaname Lebih Untung Bersama DELOSSelama budidaya berlangsung, petambak harus terus melakukan pemantauan pertumbuhan dan kondisi air di tambak. Termasuk juga pada udang vaname umur 20 hari atau tepatnya pada saat awal budidaya merupakan pilihan yang tepat bagi yang membutuhkan pendampingan dalam budidaya udang vaname untuk mendapatkan hasil yang maksimal. DELOS adalah perusahaan aqua-tech berbasis sains, teknologi, dan manajemen operasional terbaik yang dapat membantu anda mengeksplorasi peluang baru di bidang Farm Management juga berinteraksi dengan aplikasi AquaHero sehingga memudahkan farm owner dan farm personnel untuk memantau kondisi tambak udang melalui gadget setiap mendapatkan harga terjangkau untuk produk-produk kebutuhan tambak? AquaLink dapat menjadi solusi terbaik untuk anda. Melalui AquaLink, kami dapat menghubungkan anda dengan produsen-produsen dan farm owner untuk mendapatkan sekaligus menjual produk-produk kebutuhan tambak dengan harga hubungi Tim DELOS melalui contact atau submit melalui kolom kontak website kami di untuk bergabung dalam ekosistem kami. Pilih DELOS untuk pendampingan budidaya udang anda!
EFISIENSIPENGGUNAAN IMUNOSTIMULAN DALAM PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN, RESPON IMUN DAN KELULUSHIDUPAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Ken Darwantin 2*1, Romziah Sidik dan Gunanti Mahasri 3 1 Program Studi S2 Bioteknologi Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya 2Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
ArticlePDF AvailableAbstractAsian white shrimp or can be called vannamei shrimp has the Latin name Litopenaeus vannamei has native habitat in coastal waters and American sea waters. This research was carried out in September 2018 in the Asian white shrimp farming business unit Tanjung Putih Village Sepulu District Bangkalan District and in Penatar Sewu Village Tanggulangin District Sidoarjo Regency. This study population used 3 pond plots in Asian white shrimp culture in Tanjung Putih Village, Sepulu District, Bangkalan District and in Penatar Sewu Village Tanggulangin District Sidoarjo Regency. Sample size is determined from the amount of shrimp fry capacity stocked. The sampling technique was carried out by researchers by following activities in the field, census and visiting respondents directly on the farm or in the farmer's group home to obtain the information and data needed. The results showed that the best feed management was obtained the best results on the 4 sample ponds in Sidoarjo with an average final weight growth rate of grams at the first partial harvest, 83% Feed Efficiency, and a 90% survival rate. As for the lowest feed management results obtained in sample ponds 1 Bangkalan with a yield of growth, feed efficiency by 71% and survival rate of 86%. As for the results of the analysis of vannamei shrimp aquaculture business at different locations in Bangkalan and Sidoarjo districts, it was concluded that the best Production BEP was obtained in Sidoarjo's 4 sample ponds, amounting to 1427 kg. The best R / C ratio and Payback period is the average sample obtained in Sidoarjo. The conclusion of the best feed management and business analysis results is on the sidoajo sample ponds, the sidoarjo sample shows decent and efficient results. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 9 2 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 Manajemen Pakan dan Analisis Usaha Budidaya Udang Vaname Litopanaeus vannamei Pada Lokasi yang Berbeda di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sidoarjo Feed Management and Analysis of Vannamei Shrimp Litopanaeus vannamei Culture at Different Location in Bangkalan Regency and Sidoarjo Regency Miftachul Ulumiah1*, Mirni Lamid2, Koesnoto Soepranianondo2, M. Anam Al-arif2, Moch. Amin Alamsjah3 dan Soeharsono4 1Program Studi Agribisnis Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Jl. Mulyorejo, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia 2Departemen Peternakan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Jl. Mulyorejo, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia 3Departemen Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Jl. Mulyorejo, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia 4Departemen Anatomi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Jl. Mulyorejo, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia Abstrak Udang vaname Litopenaeus vannamei memiliki habitat asli di perairan pantai dan perairan laut Amerika Latin. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 di unit usaha budidaya udang vannamei Desa Tanjung putih Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan dan di Desa Penatar Sewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Populasi penelitian ini menggunakan 3 petak kolam pada masing-masing budidaya udang vaname di Desa Tanjung Putih, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan dan di desa Penatar Sewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Besar Sampel ditentukan dari jumlah kapasitas benur udang vaname yang ditebar. Teknik pengambilan sampel dilakukan peneliti dengan cara mengikuti kegiatan di lapangan, sensus dan mendatangi responden secara langsung di tambak maupun di rumah kelompok pembudidaya untuk memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pakan terbaik didapatkan hasil terbaik pada tambak 4 sampel di Sidoarjo dengan tingkat pertumbuhan bobot berat akhir rata-rata 9,73 g pada panen parsial pertama, Efisiensi Pakan sebesar 83%, dan tingkat kelulushidupan sebesar 90%. Sedangkan untuk hasil manajemen pakan paling rendah didapatkan pada sampel tambak 1 Bangkalan dengan hasil pertumbuhan 6,98%, efisiensi pakan sebesar 71% dan tingkat kelulushidupan sebesar 86%. Sedangkan untuk hasil analisis usaha budidaya udang vannamei pada lokasi yang berbeda di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sidoarjo di dapatkan kesimpulan penelitian bahwa BEP Produksi terbaik diperoleh tambak sampel 4 Sidoarjo yakni sebesar kg. Hasil R/C *Correspondence miftachululumiah3014 Received 2019-10-24 Accepted 2019-12-30 Kata Kunci Manajemen Pakan, Analisis Usaha, Udang Vaname, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sidoarjo Keywords Feed Management, Culture Analysis, Asian White Shrimp, Bangkalan Regency, Sidoarjo Regency Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 ratio dan Payback period terbaik rata-rata diperoleh sampel di Sidoarjo. Kesimpulan hasil manajemen pakan dan analisis usaha terbaik adalah pada tambak sampel Sidoarjo yang layak dan efisien. Abstract The vannamei shrimp Litopenaeus vannamei has a native habitat in coastal waters and American sea waters. This research was carried out in September 2018 in 3 pond plots of the vannamei shrimp farming business unit Tanjung Putih Village Sepulu District Bangkalan and Penatar Sewu Village Tanggulangin District Sidoarjo. The sample size is determined from the amount of shrimp fry capacity stocked. The sampling technique was carried out by researchers by following activities in the field, census, and visiting respondents directly on the farm or in the farmer's group home to obtain the information and data needed. The results showed that the best feed management was received the best results on the 4 sample ponds in Sidoarjo with an average final weight growth rate of grams at the first partial harvest, 83% Feed Efficiency, and a 90% survival rate. As for the lowest feed management results obtained in sample ponds 1 Bangkalan with a yield of growth, feed efficiency by 71% and a survival rate of 86%. As for the results of the analysis of vannamei shrimp aquaculture business at different locations in the Bangkalan and Sidoarjo regencies, it was concluded that the best Production BEP was obtained in Sidoarjo's 4 sample ponds, amounting to 1,427 kg. The best R/C ratio and the Payback period is the average sample obtained in Sidoarjo. The conclusion of the best feed management and business analysis results is on the Sidoarjo sample ponds. The Sidoarjo sample shows decent and efficient results. PENDAHULUAN Udang vaname Litopenaeus vannamei memiliki habitat asli di perairan pantai dan perairan laut Amerika Latin. Udang vaname diimpor oleh beberapa negara di Asia salah satunya Indonesia. Pemerintah Indonesia memberikan izin impor udang vaname pertama kali kepada dua perusahaan. Impor tersebut berasal dari Hawaii dan Taiwan sebanyak ekor induk, ekor benur, serta dari Amerika Latin sebanyak ekor benur. Induk dan benur yang diimpor harus dimasukkan dan dikembangkan ke hatchery Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi untuk menghasilkan benur yang berkualitas tinggi Amri dan Kanna, 2008. Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah pemasok udang vaname di Jawa Timur yang keberadaannya perlu dikembangkan pemerintah mengingat wilayah tersebut paling strategis berdekatan dengan ibu kota Jawa Timur. Kebanyakan pembudidaya udang vaname menggunakan sistem budidaya ekstensif Dinas Kelautan dan Perikanan, 2018. Budidaya ekstensif adalah bagian dasar tambak menggunakan tanah dan proses yang dilakukan mulai dari pengeringan, pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama, pemupukan, pergantian air, penebaran benur, pemeliharaan benur, serta pemanenan Rusmiyati, 2010. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 Tambak tradisional tidak boleh memiliki lebih dari 20% unsur tanah lumpur berpasir di bagian dasarnya, sumber air yang digunakan dapat berasal dari air laut atau air tawar dalam kondisi bersih. Tata letak tambak tradisional harus memiliki pembatas yang kuat untuk mencegah terjadinya erosi Rusmiyati, 2010. Tambak tradisional ini menggunakan tanah liat yang dekat dengan sumber air sungai, konstruksi tambaknya bagian permukaan persegi panjang namun bagian dasarnya berbentuk seperti bujur sangkar. Terdapat bagian tengah tambak yang digunakan untuk tempat pembuangan lumpur, tidak terdapat tumbuhan mangrove, serta kedalaman air disesuaikan dengan luas tambak dan kondisi tanah tambak. Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vanname karena menyerap 60-70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Pemberian pakan buatan berbentuk pelet dapat mulai dilakukan sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan underfeeding atau kelebihan pakan overfeeding. Jumlah pakan harus disesuaikan dengan total biomassa udang, namun ketika harga kebutuhan pakan naik karena dampak melemahnya nilai tukar rupiah maka biaya produksi yang ditimbulkan juga akan meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut diperlukan manajemen pakan dan analisis usaha budidaya udang vaname yang bertujuan untuk mengetahui kondisi usaha di wilayah tersebut saat ini dan masa yang akan datang dalam mempertahankan serta mengembangkan usaha tersebut. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini di lakukan pada bulan September 2018 di unit usaha budidaya udang vaname Desa Tanjung Putih Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan dan di Desa Penatar Sewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Materi Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, peralatan tulis, dan kuesioner. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk proses pembesaran udang vaname diantaranya adalah jaring, waring, kincir air, ember, bak, terpal, gayung, saringan, termometer, pH paper, refraktometer, alat angkutan, dan alat komunikasi. Rancangan Penelitian Populasi penelitian ini menggunakan 3 petak kolam pada masing-masing budidaya udang vannamei sistem ekstensif di Desa Tanjung Putih, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan dan di desa Penatar Sewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Besar Sampel ditentukan dari jumlah kapasitas benur udang vaname yang ditebar. Tabel 1. Padat penebaran udang vaname. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 Prosedur Kerja Prosedur pengambilan dan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling mewakili kondisi perairan pada daerah penelitian Etikan et al., 2016. Pengumpulan data dibedakan menjadi dua macam yaitu pengumpulan data primer melalui proses wawancara secara langsung kepada anggota budidaya, mengikuti kegiatan selama di tambak, pembagian kuesioner yang terdiri dari berbagai pertanyaan yang mendukung dalam penelitian ini, serta pengambilan dokumentasi untuk melengkapi data primer dan sebagai dokumentasi pendukung proses budidaya. Data sekunder berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangkalan. Daerah observasi di Desa Tanjung Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan dan Desa Penatar Sewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, jurnal, buku, Badan Pusat Statistik, serta website resmi. Kolam penelitian di desa Penatar Sewu adalah 1 buah kolam berukuran m2 dan 2 buah kolam berukuran m2. Konstruksi kolam di Desa Tanjung Putih Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan menggunakan kolam ekstensif. Jumlah petak tambak yang aktif saat penelitian sebanyak 3 petak, kolam pertama berukuran m2, kolam kedua berukuran m2, dan kolam ketiga berukuran m2. Penebaran benih Desa Tanjung Putih Kecamatan Sepulu menggunakan benih berukuran PL 16. Benih PL 16 dengan panjang sekitar 0,6 cm tersebut ditebar pada pagi hari untuk memperkecil risiko stres pada benur. Sebelum ditebar, benur diaklimatisasi dulu agar tidak terlalu stres pada saat penebaran. Haliman dan Adijaya 2005 menjelaskan bahwa aklimatisasi dilakukan untuk adaptasi terhadap suhu dan salinitas antara air media pengangkutan benur dan air petakan tambak. Berikut adalah padat penebaran udang vannamei. Analisis Data Data Sistem Manajemen Pakan Data manajemen pakan meliputi pengamatan jenis pakan, jumlah pakan, jadwal pemberian pakan, pengecekan anco, dan penyimpanan pakan. Dari pemberian pakan yang dilakukan di tambak tersebut akan dilakukan pengamatan terkait pertumbuhan, dan efisiensi pakan udang vaname. Data Analisis Usaha Investasi modal adalah sesuatu yang digunakan untuk mendirikan dan menjalankan usaha budidaya udang vaname. Modal dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sumbernya yaitu modal sendiri dan modal luar. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pendiri usaha dan tidak terdapat bunga pinjaman, sedangkan modal luar atau disebut modal pinjaman adalah modal yang bersumber dari luar usaha, misalnya bank, koperasi, dan sebagainya. Modal yang bersumber dari luar tersebut memiliki bunga pinjaman terutama bank, pendiri usaha harus mengembalikan modal tersebut dalam jangka waktu yang sudah ditentukan sesuai dengan perjanjian awal peminjaman. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berpengaruh terhadap volume produksi yang dihasilkan, dikarenakan biaya tersebut sudah dilakukan pembayaran di awal produksi. Biaya tetap rata-rata dapat diketahui dengan cara membagikan antara biaya tetap total dengan total produksi yang dihasilkan. Biaya tetap adalah hasil dari perkalian antara biaya tetap dengan banyaknya input. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan, apabila jumlah produksi meningkat maka biaya variabel juga akan meningkat dikarenakan biaya tersebut sangat erat kaitannya dengan jumlah produksi yang dihasilkan oleh suatu usaha, dapat dirumuskan jumlah biaya variabel diperoleh dari biaya variabel dikalikan banyaknya unit. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 Biaya total adalah biaya yang diperoleh dari biaya tetap total dan biaya variabel total. Pada biaya total tetap adalah biaya yang bersifat tetap tidak mengalami perubahan terhadap volume produksi yang dihasilkan, namun pada biaya variabel total adalah biaya total yang dapat berubah sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan. Biaya total akan berubah apabila dipengaruhi oleh hasil produksi seperti gaji, material kemasan, biaya suku cadang, dan komisi penjualan. Biaya total diperoleh dari hasil penjumlahan antara biaya tetap total dengan biaya tetap variabel yang akan menghasilkan sejumlah produk. Total penerimaan adalah sejumlah hasil yang diperoleh dari hasil penjualan produksi yang dihasilkan oleh suatu dan memiliki harga yang sudah ditetapkan. Total penerimaan dapat diketahui dengan mengalikan antara harga produk per unit dan jumlah produk yang dijual. Keuntungan adalah jumlah penerimaan yang memiliki nilai lebih dari hasil penjualan produk. Keuntungan dapat diperoleh dari total penerimaan dikurangi biaya total. Return cost ratio R/C adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk memperoleh hasil dari penerimaan dengan biaya. Jika R/C ratio semakin besar, usaha yang dijalankan mengalami keuntungan. Sebaliknya, jika R/C ratio semakin kecil maka usaha tersebut mengalami kerugian. Jika R/C ratio mengalami titik impas maka usaha yang dijalankan tidak mengalami kerugian dan keuntungan. Payback period PP adalah metode yang digunakan untuk menganalisis usaha dalam mengembalikan sejumlah modal investasi pada jangka waktu tertentu. Dihitung dengan membagi nilai investasi dengan kas bersih per tahunnya kemudian dikalikan satu tahun. Break event point BEP atau disebut sebagai titik impas digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha dengan memperhitungkan hasil penjualan diperoleh dapat mengembalikan biaya tetap dan biaya variabel yang sudah digunakan untuk produksi. BEP dibedakan menjadi unit dan rupiah. BEP unit adalah total biaya tetap dibagi dengan harga jual per unit dikurangi dengan biaya variabel per unit, sedangkan pada BEP dalam rupiah total biaya tetap dibagi dengan satu dikurangi biaya variabel per unit dibagi dengan harga jual per unit. HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pakan Jenis pakan yang diberikan dalam pembesaran udang vaname di desa Penatar Sewu adalah pakan buatan produksi PT. Central Proteina Prima. Pakan buatan terdiri dari pakan bermerek Bintang 581, 582, 583, dan 583-SP dan Irawan 682, 683, 683-SP, dan 684-S. Proses pemberian pakan dibedakan menjadi dua macam yaitu pemupukan menggunakan SP-36 yang digunakan untuk menumbuhkan pakan alami berupa fitoplankton, sedangkan pemberian pakan yang kedua yaitu pelet yang berasal dari pabrik. Pemberian dilakukan dua kali sehari. Para pembudidaya biasanya menambahkan tetes tebu ke dalam pakan industri tersebut. Setelah pakan ditebar ke tambak, satu jam sebelumnya dicampur dengan Vitamin C, -3, dan protein dengan perbandingan 21. Pemberian protein bertujuan untuk meningkatkan metabolisme udang. Pakan ini dibiarkan beberapa saat supaya pakan menjadi kering dan mengembang. Kolam sampel di Bangkalan menggunakan pemberian pakan 2-5% dari berat udang yang ditebar. Pemberian pakan diberikan 4 kali sehari yaitu pada pukul WIB, WIB, WIB, dan Pukul WIB. Untuk tambak di Sidoarjo dilakukan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul WIB, WIB dan WIB. Pada pemberian terakhir diberikan pakan lebih banyak dikarenakan udang vaname sering aktif di malam hari. Pakan yang digunakan dalam usaha budidaya di desa Tanjung Putih dan Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 Penatar Sewu berupa pakan buatan bermerek Fairly atau Beryl. Pakan buatan digunakan sejak awal penebaran tambak hingga menjelang panen. Pada awal budidaya penebaran benur dari Situbondo, Balai Benih Ikan BBI Gresik dan sebagian kecil dari Desa Penatarsewu dengan ukuran PL 12 – 18. Pakan udang vaname di desa Tanjung Putih memiliki kandungan protein 36-38%, kadar air 12% kadar lemak 5%, serat kasar 3,5% dan kadar abu 16%. Pakan yang digunakan di Desa Penatar Sewu memiliki kandungan protein 36%, Kadar air 11%, kadar lemak 6%, serat kasar 2,5%, dan kadar abu 12%. Analisis Sampling Pertumbuhan GR Benih udang di desa Tanjung Putih Kecamatan Sepulu menggunakan PL 16, didapat dari unit usaha pembenihan di Situbondo berat rata-rata sekitar 1,5 g dan mencapai masa panen dengan berat sekitar rata-rata 6,18 g. Desa Penatar Sewu Kecamatan Tanggulangin menggunakan PL 12 dengan berat benih rata-rata sekitar 0,9 g dan pada masa akhir panen mencapai rata-rata 6,73 g. Efisiensi Pakan Efisiensi pakan budidaya udang vaname didapatkan hasil pada tambak 1 di Bangkalan sebesar 71 %, tambak 2 di bangkalan sebesar 72%, dan tambak 3 di bangkalan sebesar 75 %, sedangkan untuk tambak 1 di Sidoarjo sebesar 83%, tambak 2 sebesar 77%, dan tambak 3 sebesar 79%. Hasil efisiensi pakan terbesar pada tambak penelitian ini diperoleh tambak 1 Sidoarjo, sedangkan hasil efisiensi pakan terkecil diperoleh tambak 1 Bangkalan. Analisis Finansial Proses pemanenan udang vaname di Desa Penatarsewu dilakukan secara parsial atau sebagian setiap umur pemeliharaan dua bulan sekali. Hal ini bertujuan untuk memenuhi permintaan tengkulak dan dapat mengembalikan biaya-biaya yang digunakan untuk pembelian bahan seperti pakan udang, pupuk, dan sebagainya. Proses pemasaran dilakukan tengkulak dengan mendatangi tambak ketika pemanenan, kemudian hasil panen tersebut ditimbang dan dimasukkan ke dalam keranjang tengkulak untuk dijual kembali ke pasar terdekat maupun luar kota. Permintaan luar kota datang dari Malang, Probolinggo, Lumajang, dan Pasuruan, sedangkan permintaan pasar terdekat datang dari Sidoarjo dan Pabean. Penurunan maupun peningkatan harga jual udang vaname dipengaruhi oleh bobot udang, proses pemeliharaan, pengontrolan air, pemberian pakan, dan kontrol hama dan penyakit. Analisis finansial dan analisis usaha budidaya udang vaname dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut. Tabel 2. Analisis finansial budidaya udang vaname di lokasi yang berbeda di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sidoarjo. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 Tabel 3. Analisis usaha budidaya udang vaname di lokasi yang berbeda di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sidoarjo. Pada penelitian ini para pembudidaya menggunakan modal sendiri untuk biaya investasi yang meliputi pembangunan lahan tambak, sepeda motor, handphone, timbangan batang, pompa air, jaring panen, sampan, seser, sepatu bot, senter besar, senter kecil, senar pancing 100 m, waring kasa halus 50 m, waring kasa mata besar 100 m, serta perahu. Permodalan tersebut memiliki umur teknis 10 tahun terdiri dari lahan tambak, sepeda motor, handphone, timbangan batang, pompa air, jaring panen, perahu kayu, dan sampan. Seser besar memiliki umur teknis 2 tahun, sepatu bot sekitar 3 tahun, senter besar 2 tahun, senter kecil, senar pancing, dan waring kasa 1 tahun. Biaya tetap adalah biaya yang memiliki nilai tetap atau konstan dan biasanya digunakan untuk membiayai kebutuhan budidaya udang vaname Lawaputri, 2012. Jika jumlah produksi yang dihasilkan mengalami peningkatan maka biaya tersebut mengalami penurunan dikarenakan jumlah keseluruhan dari total yang sama dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan semakin membesar atau disebut spreading overhead Beck, 2007. Biaya tetap pada penelitian ini selama satu tahun terdiri dari biaya penyusutan yang diperoleh dari pembagian antara harga total investasi dengan umur teknis, pajak bumi dan bangunan, gaji tenaga kerja harian, gaji tenaga kerja penjaga pendega, sewa lahan tambak bagi pembudidaya yang sebagian lahannya masih menyewa sehingga diperoleh total biaya tetap. Biaya total adalah biaya yang memiliki dua jenis yaitu biaya total tetap dan biaya total variabel. Biaya total tetap adalah biaya yang bersifat konstan karena tidak bergantung pada jumlah produksi, sedangkan biaya total variabel adalah biaya yang dapat berubah karena dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya total dirumuskan sebagai biaya tetap ditambahkan dengan biaya tidak tetap Kalangi, 2014. Menurut Aimon et al. 2014, total penerimaan adalah hasil yang diperoleh setelah proses produksi berlangsung seperti hasil pemanenan, total penerimaan dapat diketahui dari harga yang diberikan terhadap hasil produksi kemudian dikalikan dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Total penerimaan dapat dirumuskan harga produk per unit dikalikan dengan jumlah produk yang dijual Kalangi, 2014. Keuntungan adalah alat yang digunakan untuk mengukur penghasilan yang diperoleh dan biaya yang telah dikeluarkan untuk proses produksi. Keuntungan ini dapat disebut sebagai pendapatan bersih, apabila margin semakin tinggi maka hasil yang diperoleh akan semakin besar dikarenakan margin ini dapat mempertahankan harga penjualan tetap tinggi namun biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dalam kondisi rendah Rhonda dan Laplante, 2010. R/C ratio adalah hasil yang diperoleh dari penjualan produk dengan total biaya Soepranianondo et al., 2013. Return cost ratio R/C adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hasil pembagian antara penerimaan dan biaya, total penerimaan dibagi dengan total biaya yang dikeluarkan untuk mendukung kelancaran proses budidaya. Panjaitan, 2017. Hasil penelitian kelayakan budidaya udang vaname memperoleh Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 nilai R/C >1 sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan Fariyanto, 2012. Payback period adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui masa pengembalian modal atau investasi dalam jangka waktu tertentu menggunakan aliran kas neto. Jika aliran kas neto jumlahnya sama setiap tahunnya maka dilakukan pembagian antara jumlah investasi dengan aliran kas neto setiap tahun Bambang, 2001. Hasil terbesar total keuntungan pada penelitian ini didapatkan pada tambak sampel bangkalan sebesar 3 sedangkan terkecil didapatkan pada tambak 5 dan 6 sampel sidoarjo sebesar 1, jadi pengembalian modal usaha budidaya tersebut sekitar 4 bulan. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi yang telah dikeluarkan untuk pembelian peralatan dan bahan budidaya. Break event point atau titik impas adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dan menghitung titik impas serta kelayakan suatu usaha Fahmi dan Hadi, 2010. Hasil penelitian Geotivanny et al. 2014 pada analisis finansial dan sensitivitas usaha budidaya udang vaname intensif di Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik memperoleh BEP produksi sebesar kg dan rata-rata kg, BEP harga Rp dan rata-rata Rp Hasil terbesar BEP produksi pada penelitian ini didapatkan pada tambak 2 Bangkalan sebesar kg sedangkan terkecil didapatkan pada tambak 4 sampel Sidoarjo sebesar kg. KESIMPULAN Kesimpulan hasil manajemen pakan dan analisis usaha terbaik adalah pada tambak sampel Sidoarjo. Sampel Sidoarjo menunjukkan hasil layak dan efisien. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Aimon, H., Adry, and Putri, 2014, November. Penguatan Petani Kedelai Dari Sisi Input, Produksi, dan Penerimaan di Kabupaten Solok. In Seminar Nasional Riset Inovatif Vol. 2. https// Amri, K. dan Kanna, I., 2008. Budi Daya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, books?hl=en&lr=&id=vqNLDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA5&dq=Budi+Daya+Udang+Vaname+Secara+Intensif,+Semi+Intensif,+dan+Tradisional.&ots=5rpXLktvDs&sig=x3QcGubB6JlJ28GmvngyFraBDhA&redir_esc=yv=onepage&q=Budi%20Daya%20Udang%20Vaname%20Secara%20Intensif%2C%20Semi%20Intensif%2C%20dan%20Tradisional.&f=false Bambang, R., 2001. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 59. Beck, T., 2007. Efficiency in financial intermediation Theory and empirical measurement. In Microfinance and Public Policy pp. 111-125. Palgrave Macmillan, London. 9780230300026_7 Dinas Kelautan dan Perikanan, 2018. Data Survei dan Penelitian. Kabupaten Bangkalan. Dinas Kelautan dan Perikanan, 2018. Cara Budidaya Ikan yang Baik CBIB. Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo. Etikan, I., Musa, dan Alkassim, 2016. Comparison of convenience sampling and purposive sampling. American journal of theoretical and applied statistics, 51, Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 92 - June 2020 DOI Ulumiah et al. 2020 ing_different_Please_Explain/attachment/59d64fc179197b80779a8d1c/AS4995599335055361496115777990/download/Comparison_of_Conv Fahmi, I. dan Hadi, 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung Alfabeta. Fariyanto, M., 2012. Kelayakan Budidaya Udang Vannamei di Rejotengah, Deket Lamongan. Skripsi. Agribisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Surabaya, 98. Geotivanny, V., Hidanah, S. dan Nazar, 2014. Financial and Sensitivity Analysis of Intensive Vannamei Shrimp Cultivating in Subdistrict of Panceng, Gresik Regency. Agro Veteriner, 31, Haliman, and Adijaya, D., 2005. Udang vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta. Kalangi, 2014. Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha Perkembangbiakan Ternak Sapi Potong Rakyat di Provinsi Jawa Timur. Disertasi. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Lawaputri, 2012. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Udang Vannamei litopaneaus vannamei pada Tambak Intensif di Kabupaten Takalar.Studi Kasus usaha tambak Udang Kurnia Subur Doctoral dissertation. Universitas Hasanuddin. http//repository. Panjaitan, I., 2017. Pengaruh Ukuran KAP, Return on Assets dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi dan Bisnis, 12, Rhonda, A. dan Laplante, A., 2010. Passion to Profits. Jakarta, Azkia Publishers. Rusmiyati, S., 2010. Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamei Varietas Baru Unggulan. Cetakan Pertama. Pustaka Baru Press Yogyakarta. Soepranianondo, K., Sidik, R., Nazar, Hidanah, S. dan Pratisto, 2013. Buku Ajar Kewirausahaan. Airlangga University Press. Surabaya. ... Hal ini disebabkan biaya pakan mencapai 60-70% dari biaya produksi. Berdasarkan Ulumiah et al. 2020, agar udang tidak mengalami underfeeding atau overfeeding maka ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus diperhitungkan secara cermat dan tepat. Sejak benur ditebar hingga udang siap panen dapat diberikan pakan buatan berupa pakan buatan pelet. ...... Kabupaten Bangkalan merupakan wilayah yang cocok untuk budidaya udang vaname. Kabupaten Bangkalan termasuk salah satu daerah pemasok udang vaname di Jawa Timur yang keberadaannya perlu dikembangkan Ulumiah et al., 2020. Udang vaname termasuk salah satu komoditas unggulan dengan produksi yang tinggi di Kabupaten Bangkalan Fikri et al., 2017. ...... Pemberian pakan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya udang karena menyerap 60-70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang tepat sesuai kebutuhan udang akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang secara optimal sehingga pruduktivitasnya dapat ditingkatkan Ulumiah et al., 2020. Pemberian pakan udang harus dipantau dengan jumlah yang benar karena ukuran pakan sangat penting dalam budi daya udang intensif, petani udang harus dengan cermat memantau baki pakan, dengan menyesuaikan pemberian jumlah pakan, sehingga kesehatan udang dapat terjaga Yong, 2014. ...Raihan PutriAsran Asran Arnawan HasibuanSaifannur SaifannurBackground Budidaya udang diwilayah pesisir pantai sebagian besar menjadi pencaharian bagi masyarakat di Aceh Utara. Pemberian pakan udang dilakukan secara manual pada saat pagi dan sore dengan cara menaburkan pakan ke dalam tambak. Pemberian pakan tersebut tidak efektif karena terikat dengan waktu dan ukuran pakan yang diberikan. Hal tersebut yang melatar belakangi tim pengabdian memberikan pengetahuan dengan memperkenalkan prototipe berupa teknologi alat pemberi pakan secara otomatis. Metode Metode yang dilakukan adalah observasi, perancangan dengan cara merakit dan sosialisasi, serta memperaktekkan secara langsung penggunaan alat otomatis tersebut. Hasil Hasil pengabdian menunjukkan bahwa petani tambak udang sangat termotivasi untuk dapat segera menggunakan alat pakan udang otomatis karena sangat tepat dalam memperbaiki manajemen pemberian pakan sehingga dapat berkelanjutan agar ketahanan pangan terjaga. Teknologi yang digunakan berupa mikrokontroller Arduino Uno, sensor ultrasonik sebagai pendeteksi volume pakan, RTC sebagai modul pewaktu, Lcd sebagai penampil informasi hari, tanggal, bulan, modul relay, driver motor, dan motor DC. Kesimpulan Harapan pengabdian kepada masyarakat ini adalah akan memberikan pengetahuan dan temuan baru untuk petani tambak sehingga petani mampu merancang pemberian pakan udang secara otomatis untuk memudahkan pemberian pakan agar meningkatkan produktivitas serta menghasilkan kualitas udang.... Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vaname karena menyerap 60-70% dari total biaya operasional Ulumiah et al., 2020. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. ...Desa Lipah Rayeuk dikenal sebagai penyedia udang dan ikan nila air payau di Kawasan Kabupaten Bireuen. Penggunaan plastik sebagai alas dasar tambak budidaya udang merupakan salah satu teknologi di daerah-daerah dengan tanah tingkat keasaman, dan porositas tinggi seperti tanah gambut dan tanah berpasir. Pengabdian ini bertujuan untuk mengkaji Penggunaan High Density Polyethylene HDPE pada kelompok Laut Mina Budidaya dalam perbaikan manajemen budidaya udang vaname Litopenaeus vannamei. Metode Mitra pada pengabdian yaitu Kelompok Laut Mina Budidaya dengan anggota sebanyak 8 orang. Kegiatan yang dilakukan merupakan kontruksi tambak pemakaian plastik HDPE, pengelolaan kualitas air, manajemen pakan, dan manajemen kesehatan udang. Pengambilan data dilakukan melalui quisioner. Tim pengabdian juga melakukan penyuluhan pendidikan, pelatihan, dan pendampingan terhadap mitra. Hasil Kelompok Laut Mina Budidaya mengalami peningkatan dalam pengetahuan manajemen kolam terpal HDPE serta memiliki perbaharuan fasilitas tambak, seperti plastik HDPE dan alat mesin pakan. Kesimpulan Mitra kelompok mendapatkan peningkatan pengetahuan serta mendapatkan kontribusi bahan dan alat dalam pelaksanaan budidaya selama proses budidaya udang vaname, dalam pengelolaan ini mitra mengalami peningkatan secara inovatif.... The feed given to the anco unit is of the total daily feed. This is following Ulumiah et al. 2020, the size and amount of feed given must be done carefully and precisely so that the shrimp do not experience a lack of feed underfeeding or excess feed overfeeding. S B B reduced 50% from the previous feed Description controls on 3 anco units are symbolized - the feed is depleted, S the remaining feed is low less than 50%, B leftover feed a lot more than 50%. ... Rifqah PratiwiI Nyoman SudiarsaPieter AmaloYusuf Widyananda Wiarso UtomoVannamei shrimp Litopenaeus vannamei is one of the leading fishery commodities that have high economic value. If the process is implemented properly, shrimp production with a super intensive system becomes a profitable future of the aquaculture orientation. This study aims to examine the production process and product performance of super- intensive system vannamei shrimp on an industrial scale. This research method is a case study that includes observation, interviews, and directly follows the production process of shrimp on an industrial scale, without experimental design. The production process includes ponds preparation, media preparation, seed selection and stocking, management of feed and water quality, monitoring of pests and disease, monitoring of growth, and harvest. The treatment given was the application of Bacillus sp. as probiotics on rearing media to optimize shrimp growth. This study showed after 100 days of rearing resulted in SR 71%; biomass tons; harvest size 45 – 32; ABW 22 g/tail; ADG g/day; and FCR Water quality was still in the optimal ranges to support of shrimp growth, includes temperatures 27 – 31oC; brightness 14 – 120 cm; pH – salinity 33 – 34 mg/L; dissolved oxygen – mg/L; alkalinity 100 – 360 mg/L; TOM 40 – 103 mg/L; and nitrite – mg/L. The production process of vannamei shrimp on an industrial scale with a super intensive system that is applied by PT. Sumbawa Sukses Lestari Aquaculture, West Nusa Tenggara shows optimal growth and Idham ShilmanSuparmin SuparminFadly IrmawanBudiman BudimanUdang vaname memiliki banyak keunggulan mulai dari harganya yang tinggi, cepat tumbuh dan tahan penyakit. Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vaname karena menyerap 60-70% dari total biaya operasional, sehingga pemberian pakan perlu diperhatikan terutama efisiensinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio konversi pakan FCR, tingkat efesiensi penggunaan paka EP dan kelangsungan hidup SR udang vaname pada usaha pembesaran dengan pola tambak intensif di Pusat Unggulan Teknologi PUT Politeknik Negeri Pontianak di Mempawah. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskripif. Teknik pengumpulan Data yang yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah pakan yang tersisa pada anco dalam % dari jumlah pakan yang diberikan pada setiap pemberian pakan untuk mengetahui Efisiensi pemberian Pakan EP, Feed Convertion Ratio FCR dan Survival Rate SR. Nilai FCR tambak A1 dan A2 memiliki nilai yang sama yaitu 1,3. Efisiensi pakan pada tambak A1 %, sedangkan pada tambak A2 sebesar %. Nilai SR tertinggi yaitu pada tambak A2 dengan nilai % dibanding dengan tambak A1 dengan nilai 75,0. Berdasarkan hasil yang diperoleh, tambak usaha pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei pada Pusat Unggulan Teknologi PUT Politeknik Negeri Pontianak di Mempawah yang menunjukan hasil terbaik, layak dan efisien adalah pada tambak Regency, especially Bades Village, is one of the central managements of coastal and marine areas in East Java Province. One of the fishermen groups in Bades Village is the Mina Dampar Fishermen Group. Until now, these fishermen groups have not been able to utilize coastal areas for small-scale people's ponds due to limited knowledge of intensive shrimp farming technology, limited access to capital, and limited market information. This Technical Guidance aims to broaden horizons and introduce vannamei shrimp farming technology to fishermen who are members of the Mina Dampar group. This technical guidance activity was carried out at the Fish Landing Base in Bades Village and was targeted at the Mina Dampar Fishermen Group. The mentoring method used is the Participatory Rural Appraisal PRA method. This Technical Guidance aims to broaden horizons and introduce vannamei shrimp farming technology to 10 fishermen who are members of the Mina Dampar group. This technical guidance consists of outreach activities and field orientation. This activity shows that fishermen are interested in cultivating vannamei shrimp in Bades Village, especially freshwater vannamei shrimp cultivation. Cultivating freshwater vannamei shrimp can be a source of income for fishermen while doing Petani tambak udang vaname di Kabupaten Bireuen merasakan penurunan hasil produksi karena banyak petani tambak belum memiliki teknologi memadai. Kelompok Laut Mina Budidaya sudah menerapkan teknologi closed system dan sterilisasi air pada kolam tandon untuk peningkatan produksi udang vaname. Pengabdian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan nilai ekonomi pada kelompok masyarakat pembudidaya udang vaname Litopenaeus vannamei yaitu kelompok Laut Mina Budidaya Kabupaten Bireuen, Aceh. Metode Pengabdian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2020. Tahapan pengabdian berupa pedampingan dan praktek langsung tentang manajemen pemberian pakan, kualitas air selama pemeliharaan udang, kesehatan udang dan panen udang vaname yang diaplikasikan teknologi closed system. Hasil Pembesaran udang vaname selama 88 hari dengan jumlah benur sekitar ekor maka didapatkan hasil produksi sebesar kg berat total. Sedangkan nilai Feed Conversion Ratio FCR tambak mitra sebesar 1,4 saat panen atau jika dirata-ratakan sebesar 1,36. Nilai FCR sebesar 1,4 yang termasuk baik dalam budidaya udang vaname pada mitra sehingga penggunaan pakan sudah tergolong efisien. Keuntungan yang diperoleh ± Rp dan nilai pengembalian biaya operasional Revenue Cost Rasio RCR>1 katagorinya layak diusahakan. Kesimpulan Pemeliharaan udang vaname dengan menerapkan teknologi closed system dapat meningkatkan produksi dan nilai ekonomi dalam pemeliharaan udang vaname di kelompok Pdf FahmiY L Hadic/AS4995599335055361496115 777990/download/Comparison_of_ Convenience_Sampling_and_Purpo Fahmi, I. dan Hadi, 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung Budidaya Udang Vannamei di RejotengahM FariyantoFariyanto, M., 2012. Kelayakan Budidaya Udang Vannamei di Rejotengah, Deket Lamongan. Skripsi. Agribisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran". Surabaya, 98. and Sensitivity Analysis of Intensive Vannamei Shrimp Cultivating in Subdistrict of PancengV GeotivannyS HidanahD S NazarGeotivanny, V., Hidanah, S. dan Nazar, 2014. Financial and Sensitivity Analysis of Intensive Vannamei Shrimp Cultivating in Subdistrict of Panceng, Gresik Regency. Agro Veteriner, 31, vannamei. Penebar SwadayaR W HalimanD AdijayaHaliman, and Adijaya, D., 2005. Udang vannamei. Penebar Swadaya. Kelayakan Finansial Usaha Udang Vannamei litopaneaus vannamei padaA T LawaputriLawaputri, 2012. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Udang Vannamei litopaneaus vannamei padaPengaruh Ukuran KAP, Return on Assets dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Audit Report LagWaputriI a Panjaitan, I., 2017. Pengaruh Ukuran KAP, Return on Assets dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi dan Bisnis, 12, Rupiah Budidaya Udang Vannamei Varietas Baru UnggulanS RusmiyatiRusmiyati, S., 2010. Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamei Varietas Baru Unggulan. Cetakan Pertama. Pustaka Baru Press Yogyakarta.
²Bila umur 25 hari pakan sudah bisa di kontrol 2,5 jam penambahan pakan jangan mengikuti program tetapi bisa ditambah max 10 %sehingga pada umur 30 hari kemampuan pakan udang sudah bisa seperti pada daftar. selanjunya pakan diikuti sesuai kemampuan makan udang dengan lama kontrol dan persen ancho.
Program pemberian pakan pada budidaya udang vanname pada tambak modern merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan. Salah satu faktor pengelolaan pakan pada kegiatan usaha budidaya udang vanname adalah teknik dan aplikasi frekuensi pemberian pakan. Untuk mencapai sasaran dalam penggunaan pakan pada budidaya udang vanname di tambak modern diperlukan pemahaman tentang nutrisi, kebutuhan nutrien dari kultivan, teknologi pembutan pakan, kemampuan pengelolaan pakan untuk setiap komoditas budidaya dan teknik aplikasi pemberian pakan. Salah satu faktor pengelolaan pakan pada kegiatan usaha budidaya udang vanname adalah teknik dan aplikasi frekuensi pemberian pakan selama masa Pemeliharaan di tambak modern mengingat padat tebar tinggi dan teknologi yang digunakan juga sangatlah kompleks. Untuk itu, para pembudidaya selalu berusaha menekan biaya produksi yang seefisien mungkin dari berbagai komponen produksi, salah satunya adalah dengan berbagai aplikasi dan teknik pemberian pakan tambahan/buatan pada budidaya udang. Kebutuhan Nutrisi Protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin, dan Mineral pada udang Vanname Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang Vannamei untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. a. Protein Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk Pemeliharaan jaringan, Pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadis larva kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang Vanname adalah yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar. Tacon, A. 1987. Sintesis protein meningkat secara intensif selama proses pematangan gonad dan tentu saja hal ini membutuhkan protein dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Meskipun studi tentang kebutuhan protein untuk induk udang masih kurang, disarankan bahwa profil asam amino pakan hidup dapat menyediakan profil asam amino yang mendekati kebutuhan induk itu sendiri. Beberapa studi menunjukkan bahwa ada peningkatan kandungan protein ovarium yang dikaitkan dengan perkembangan telur dan pemijahan. Kandungan protein pakan untuk induk berkisar dari 50% hingga beberapa % lebih rendah dari pakan. Lemak merupakan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk perkembangan ovarium, terutama asam lemak tidak jenuh tinggi n-3 HUFA dan fosfolipid. Konsentrasi lemak dalam pakan komersial untuk induk udang berkisar 10% dan ini 3% lebih tinggi dari pakan komersial untuk jenis grower. Total kandungan lemak dalam pakan dilaporkan tidak begitu penting berpengaruh, namun diyakini bahwa pakan yang kaya akan kandungan n-3 HUFA asam eicosapentanoat=EPA dan asam docosaheksanoat=DHA ditemukan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan ovarium, fekunditas, dan kualitas telur. Kandungan asam arachidonat 204n-6 ditemukan tinggi dalam ovarium udang dan melimpah dalam cacing darah polychaete, kerang dan simping. Asam lemak n-6 HUFAs ini sebagai prekursor hormon prostaglandin dan memainkan perananpenting dalam proses reproduksi dan pada kenyataannya banyak dijumpai bahwa pakan komersial yang diformulasikan khusus untuk induk udang masih nampak defisiensi asam arachidonat dan EPA. Rasio n-3 n-6 HUFA sekitar 31 dilaporkan menghasilkan tingkat kematangan reproduksi udang yang optimum. Kebutuhan 2% fosfolipid dalam pakan disarankan baik untuk proses pematangan induk udang dan diyakini bahwa komposisi 50% dari total lemak telur adalah fosfolipid. Sumber lemak dalam bentuk trigliserida selama proses pematangan gonad juga meningkat dalam telur, dan diyakini nutrisi ini berperan sebagai sumber energi utama dalam reproduksi dan penentu kualitas telur dan naupli. Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain -Sumber energi -Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Disamping asam lemak essensial udang juga membutuhkan klesterol dalam makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5%. c. Karbohidrat Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat. Secara umum peranan karbohidrat di dalam tubuh udang adalah Di dalam siklus krebs, Penyimpanan glikogen, Pembentukan zat kitin, Pembentukan steroid dan asam lemak, Kadar karbohidrat di dalam tubuh udang akan mempengaruhi kandungan lemak dan protein tetapi tidak mempengaruhi kandungan kolesterol di dalam tubuh. Kandungan karbohibrat untuk makanan larva udang diperkirakan lebih rendah 20%. d. Vitamin dan Mineral Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan salah satu vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan vitamin bagi udang adalah untuk Ø Pigmentasi, peranan dari vitamin A karoten Ø Laju pertumbuhan pertumbuhan peranan dari vitamin C Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis udang. Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh udang berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme, pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan osmisis cairan tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P yang optimum bagi udang diperkirakan 1,2 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh akan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan mengganggu pigmentasi udang. Kebutuhan mineral dan vitamin secara rinci untuk induk udang tidak diketahui, hanya sedikit studi pada vitamin A, C, dan E. Defisiensi vitamin E berkaitan dengan sperma yang abnormal pada udang putih Litopenaeus setiferus, dan perbaikan laju penetasan telur telah diamati sejalan dengan peningkatan vitamin E dalam pakan yang dikaitkan dengan kandungan yang lebih tinggi dalam telur. Hubungan positif juga diamati antara kandungan alfa-tokoferol dalam pakan dengan kualitas pemijahan induk dan penetasan naupli L. vannamei. Vitamin E juga berperan sebagai antioksidan alami dalam kuning telur. Vitamin ditemukan terakumulasi dalam ovarium udang selama maturasi, yang menyarankan adanya peran vitamin dalam pakan. Kandungan vitamin C telur udang Fenneropenaeus indicus, dipengaruhi oleh kandungan vitamin C dalam pakan. Tingginya laju penetasan dikarenakan tingginya kandungan asam ascorbat dalam telur. Vitamin D juga diduga berperan penting dalam pakan induk dikarenakan peranannya dalam metabolisme kalsium dan fospor untuk krustase. Mengenai kebutuhan mineral secara spesifik masih jarang dilakukan, kebanyakan diformulasikan dalam pakan dalam bentuk mineral campuran kalsium, fospor, magnesium, natrium, besi, mangan, dan selinium. Difisiensi atau ketidakseimbangan mineral dapat berpengaruh negatif pada reproduksi krustase dan berperan dalam resorpsi oosit, penurunan daya reproduksi dan kualitas telur. Tubuh induk udang vaname ditemukan memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang lebih rendah juga kandungan magnesium yang lebih rendah dalam hepatopankreas, hal ini mungkin dikarenakan kombinasi defisiensi mineral-mineral tersebut dalam pakan dan hilang saat proses molting dan transfer energi pematangan gonad. Koper juga ditemukan berkurang di hepatopankreas yang diduga ditransfer ke ovarium, meskipun kandungan di dalam tubuh induk udang meningkat. Disimpulkan bahwa masih sangat diperlukan kajian dan berbagai riset dilakukan pada nutrisi mineral dalam pakan buatan untuk induk udang penaeid. Selama proses maturasi induk dibutuhkan energi pakan yang dapat menopang perkembangan sel telur induk udang betina dan sel sperma induk jantan menjadi matang. Sehingga pada tahap perkembangan telur, pakan menjadi penyumbang nutrisi yang terpenting dan esensial. Apalagi jikaablasi mata dilakukan dalam rangka untuk mempercepat maturasi induk. Selain protein, karkohidrat, vitamin dan mineral dalam pakan udang juga membutuhkan Karotenoid. Karotenoid, khususnya astaksantin merupakan antioksidan yang paling kuat dan berperan penting dalam perlindungan cadangan nutrisi induk udang dan perkembangan embrio dari kerusakan karena oksidasi. Karotenoid juga berperan sebagai agen pigmen dalam embrio dan larva bagi perkembangan kromatofor dan mata, dan sebagai prekursor vitamin A. Keberadaan karotenoid dalam pakan sebagai sumber pigmen adalah esensial diperlukan karena ketidakmampuan udang mensintesis karotenoid. Selama proses pematangan gonad, karotenoid terakumulasi dalam hepatopankreas. Selama vitelogenesis, karotenoid diangkut ke dalam hemolimpha sebagai karotenoglikolipoprotein yang terakumulasi dalam telur sebagai bagian dari protein lipovitelin. Keuntungan pemberian pakan hidup pada induk udang adalah dikarenakan ketersediaan hormon atau prekusor-prekusor yang dikandungnya. Keberhasilan pemberian biomas artemia untuk pakan induk udang dikarenakan keberadaan hormon spesifik atau rantai analog peptida dari artemia yang cocok dan dibutuhkan oleh udang. Keunggulan cacing polikaeta digunakan sebagai pakan untuk maturasi induk udang dikarenakan kandungan hormon metil farnesoat yang dapat meningkatkan kinerja reproduksi. Manajemen Pemberian Pakan Program pemberian pakan pada budidaya udang putih merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan Adiwidjaya et al, 2005. Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya sangat penting kerena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal. Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan produksi hasil perikanan budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya, sehingga dapat tercipta budidaya udang yang berkelanjutan Adiwidjaya et al, 2005. Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan feeding ragim hendaknya disesuikan dengan tingkah laku kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan. Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut ini 1. ukuran pakan yang kita berikan 2. jumlah pakan yang diberikan 3. cara pemberian pakan 4. kontrol pakan di ancho 5. sampling Yang harus diperhatikan dalam kadar pakan butiran pakan. Ukuran pakan yang diberikan harus sesuai dengan capit dan mulut udang karena sangat penting menyangkut efisiensi kestabilan yang terlalu kecil dan terlalu besar,akan berakibat rendahnya efisiensi, dan akan cepat menurunkan kualitas air. 2. Jumlah pakan. ditentukan oleh jumlah tebar,nilai SR survival rate ,ukuran udang,dan tingkat feeding ratenya,lama cek ancho, kualitas air, fasilitas, tetapi untuk udang yang berumur 1 – 30 hari masih memakai feeding program. sedangkan kelanjutannya kita menggunakan kontrol ancho, dan cek saat sampling. 3. Cara pemberian pakan. pada saat pakan no. D 0 S pemberian pakan harus dicampur dengan air agar pemberian pakan rata, cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena pakan no D0 pakan dibasahi bisa ditebar keliling tanggul juga bisa dengan memakai rakit tergantung luas petak dan ketrampilan anak penting pakan jangan sampai tercecer di tanggul,dan harus tertebar merata di feeding area. Hindari penebaran pakan di dead zone. Pemberian pakan diancho diberikan setelah pakan selesai ditebar keseluruhan di petak atau kolam . Frekuensi pemberian pakan, awal kita berikan 3 kali sehari , kemudian 4 kali sehari dan 5 kali sehari. Jam pemberian diberikan pkl diatas jam jangan dilakukan pemberian pakan apapun alasannya karena saat itu kondisi kualitas air menurun, suhu turun, DO turun, H2S meningkat daya racun karena pH turun dan karyawan mengantuk. 4. Kontrol pakan di ancho. ancho adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal jumlah pakan, nafsu makan, ukuran udang,jumlah udang,kesehatan udang, sehingga ancho harus bagus dan tempatnya yang datar, dan arusnya jangan terlalu kencang. Ancho berukuran 80 x 80 x10 cm. -umur 10 hari ancho sudah diturunkan -umur 20 hari ancho sudah diberi pakan sekedarnya -umur 25 hari ancho diberi 0,3 % dikontrol 2-2,5 jam. Apabila sampai umur 30 hari belum mau makan di ancho,makan pakan harus dipotong sampai 40 % 2 hari kemudian udang sudah mau makan di ancho dan bisa dikontrol. Usahakan selang 3 – 4 hari setelah bisa dikontrol pakan bertahap dinaikkan dan dikembalikan ke porsi pada saat udang umur 30 jumlah pakan disesuaikan dengan kemampuan makan udang. Bila umur 25 hari pakan sudah bisa di kontrol 2,5 jam penambahan pakan jangan mengikuti program tetapi bisa ditambah max 10 %sehingga pada umur 30 hari kemampuan pakan udang sudah bisa seperti pada pakan diikuti sesuai kemampuan makan udang dengan lama kontrol dan persen ancho bisa dikontrol selanjutnya mencari titik belum balan dalam arti masih kurang apabila ke 5 kali pemberian pakan habis semua pada jam pakan sudah menunjukan balan bila pakan pada jam sudah tidak kondisi sudah begini penambahan bisa dilakukan per 2 hari kontrol ancho tetap 5 kali sehari. Dalam kondisi urgensi, pakan harus diperkaya dengan 1. Vitamin multi vit, vit B komplek, vit C, vit E 2. mineral Ca, P, Si, copper,zinc 3. immunostimulan B glukan 4. Probiotik Bacillus sp Pakan Sesuai Umur Udang Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk. Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal. Umur 1-10 hari pakan 01 Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02 Umur 16-30 hari pakan 02 Umur 30-35 campuran 02 dengan 03 Umur 36-50 hari pakan 03 Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S. jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari. Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga panen. Kebutuhan pakan awal untuk setiap ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian. Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan viterna plus dan poc nasa yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen. No Umur Bobot gr Ukuran diet Dosis Pakan % Fekuensi pemberian x Pengamatan pada anco jam 1 Bulan 1 > 4 D-I 10 - 20 2 2 - 3 2 Bulan 2 5 - 10 D-I + D-II 6 - 10 3 2 3 Bulan 3 11- 21 D-II + D-III 4 - 6 4 1,5 - 2 4 Bulan 4 22 – 33 D-III 2 - 4 4-5 1 - 1,5 Pakan Udang • Diformulasi khusus untuk – Stadia pertumbuhan udang – Tingkatan intensif budidaya • Pakan yang seimbang – memenuhi semua kebutuhan nutrisi esensial udang Managemen pakan yang baik menghasilkan n Pertumbuhan udang yang optimal. n Perbandingan jumlah Pakan dan hasil panen FCR yang rendah. n Dasar kolam yang lebih bersih. n Kualitas air yang lebih stabil. n Biaya produksi yang rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan • Problem kualitas air DO, NH3, NO2, pH, plankton. • Cuaca panas, mendung, hujan lebat. • Kondisi bahan organik ditambak. • Temperatur Lingkungan / air. • Problem pakan attractan, terlalu keras, terlalu lunak. • Periode moulting. • Problem penyakit.
Konsekuensidari ketidaktepatan pemberian pakan yang diikuti penurunan kualitas air adalah sintasan tidak sesuai harapan yang berlanjut pada penurunan pertumbuhan biomassa udang. Oleh karena sistem budidaya udang vaname intensif menggunakan padat tebar tinggi, maka penyakit. (FAO, 2003).
Feeding rate atau FR sangat penting untuk diketahui dalam budidaya udang. Tabel FR Pakan Udang membantu petani dalam menganalisa untung rugi dalam budidaya. Namun sebenarnya apa sih FR itu? Apa itu FR pakan pada budidaya Udang? Contoh tabel FR pakan udang FR Feeding Rate adalah prosentase kebutuhan pakan udang per hari berdasarkan MBW dan dihitung dari biomassa udang yang ada. Dalam perhitungan FR terhitung mulai dari program blank feeding dan demand feeding. Apa itu Blend Feeding dan Demand Feeding? Blind feeding yaitu suatu program pemberian pakan pada udang vaname berdasarkan tabel estimasi pemberian program pakan pada bulan pertama. Sedangkan demand feeding yaitu program pemberian pakan pada udang vaname berdasarkan penyesuaian pada anco. Pemberian biasanya setelah umur kultur sebulan hingga panen. Mengapa penting manajemen pemberian pakan dalam suatu usaha budidaya udang? Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vaname karena menyerap 60 – 70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal. Sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Contoh tabel fr pakan udang Saat udang vaname berumur 30 hari, berikan pakan protein tinggi berupa bubuk. Pada saat udang vaname berumur 2-3 bulan, lakukan pergiliran pakan dengan cara 2 hari berturut-turut pakan protein rendah, dan 1 hari pakan protein tinggi. Lihat kandungan protein pada label kemasan pakan. Umumnya, pakan protein tinggi mengandung 30-35% protein, sedangkan pakan protein rendah mengandung 28% protein. Dosis pemberian pakan disesuaikan dengan cara penentuan dosis pakan vaname seperti yang sudah dijelaskan diatas. Contoh tabel perhitungan standar ancho Contoh perhitungan FR pakan udang Feeding Rate FR FR = Prosentase kebutuhan pakan udang per hari berdasarkan ABW dan dihitung dari biomassa udang yang ada. Contoh Biomassa = kg ABW = 12,5 gram FR /Pakan Harian = 4,5 % lihat tabel FR/Pakan Harian = Biomassa x FR = x 4,5% = 84,375 kg Frekwensi Pakan = Jarak waktu pemberian Pakan selama 24 jam/hari. Frekwensi Pakan = FR/Pakan Harian / Jumlah waktu Pemberian Pakan Contoh FR atau Pakan Harian = kg Jumlah Waktu Pemberian Pakan = 4 kali perhari Frekwensi Pakan = FR / Frekwensi Pakan = 41,4 kg / 4 kali perhari = 21,09 kg Jumlah pakan di Anco Untuk setiap kali pemberian pakan Contoh Jumlah Pakan yang diberikan/waktu = 21,09 kg % Pakan Dianco Menurut Berat Udang = 3,0 % = 0,63 kg atau 632,81 gram. Luas Kolam 5000 M2 Lihat Tabel = 4 buah Anco = 632,81 gr / 4 anco = 158,20 gr. Tabel berat rata-rata udang, kebutuhan pakan BB dan % Pakan dianco berat rata-ratag % pakan dari berat udang % pakan anco waktu cek anco jam 2 5 10 15 20 25 30 35 6,6 5,5 4,5 3,8 3,5 3,2 2,8 2,5 2,0 2,4 2,8 3,0 3,3 3,6 4,0 4,2 3 2,5 2,5 2,0 2,0 1,5 1,0 1,0 Perbandingan Luas Kolam dan kebutuhan Anco/Ha. luas kolam ha jumlah anco 0,5 Ha 0,6 – 0,7 Ha 0,8 – 1 Ha 2 Ha 4 5 6 10 – 12 FCR Feed conversion ratio FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dipergunakan dengan biomassa udang yang dihasilkan . Contoh Jumlah Pakan = 3000 kg Biomassa = 2000 kg FCR = 3000 / 2000 = 1,5 Jika nilai FCR 1,5 bearti pakan yang habis sebanyak 1,5 kg untuk menaikkan berat udang 1 kg. Semakin kecil nilai FCR menunjukkan pakan tersebut berkualitas baik. Jika Nilai FCR tinggi menunjukkan pakan tersebut kualitasnya kurang. Contoh Real Perhitungan FR • ABW/MBW mean body weight adalah Berat rata-rata udang per ekor gram. Contoh. Dalam 1 kg udang berisi 100 ekor. 1 kg = 1000 gram. Rumusnya = 1000 gram 100 ekor = 10. jadi MBW udang per ekor adalah = 10 gram. • Size. Size adalah jumlah udang per kg. 1 kg = 1000 gram. MBW/ABW 10 gram. Rumusnya. 1000 gram 10 gram = 100 Jadi size-nya adalah = 100/kg • ADG Average daily gain ADG adalah Pertambahan berat harian dalam satu periode. misalnya kita melakukan kegiatan sempling 10 hari sekali. Contoh. ABW pada sampling pertama . 10 gram ABW pada sampling kedua . 12,5 gram Periode sampling pertama dan kedua . 10 hari Rumusnya. 12,5gram – 10gram 10 hari = Jadi ADG nya adalah = 0,25 gram/hari. • Populasi. Populasi yaitu jumlah udang yang hidup. Contoh; Biomassa semua udang 100 kg gram. ABW 10 gram. Rumusnya. Biomassa ABW 1,000,000 10 = Jadi populasinya adalah = ekor. • Biomassa. Biomassa adalah Berat udang yang ada di tambak kg. Contoh. ABW 10 gram. populasi ekor. Rumusnya. 10 gram x ekor 1000 = 1000 Jadi Biomassa nya adalah = 1000 kg • Feeding Rate FR FR adalah Prosentase kebutuhan pakan udang per hari berdasarkan ABW dan dihitung dari biomassa udang yang ada. Contoh Biomassa = kg ABW = 10 gram FR/pakan harian = 3,9 % Rumusnya. = Biomassa x FR = x 3,9% = 39 kg/hari • SR. SR atau Survival Rate mengindikasikan tingkat kehidupan udang pada satu periode tertentu persen. Jadi data SR dapat diperoleh dengan melihat perbandingan antara udang yang dipanen dibandingkan dengan jumlah udang yang di tebar di awal budidaya. contoh, jumlah udang yang di tebar adalah ekor. setelah panen diperoleh ekor. Rumusnya. x 100% = 83 Jadi SR-nya adalah = 83%. • FCR feed convertion ratio. FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang di berikan dengan Biomassa udang yang dihasilkan. Contoh. Total pakan = Biomassa = 1000kg Rumusnya. Total pakan Biomass. 1500 kg 1000 kg = 1,5 Jadi FCR adalah = 1,5. Kesimpulannya adalah semakin rendah nilai FCR yang didapat maka semakin bagus dan pastinya semakin menguntungkan. Trimakasih.
Lakukanpemberian pakan pada udang vaname sebanyak 4 hingga 5 kali sehari. e. Pemeliharaan Udang Vaname. Lakukan pengontrolan tingkat salinitas air, salinitas air yang baik adalah 10 hingga 25 ppt. Lakukan pula pemeriksaan terhadap pH air dan tanah secara berkala, bila pH kurang dari 7,5 maka lakukan pengapuran tambahan.
Feeding vannamei shrimp according to age is important to do because it is very meaningful for the growth and development of shrimp. If the shrimp are given too little feed, their growth will be hampered due to lack of if the shrimp are given too much feed, the feed will not be eaten by the shrimp and will settle on the surface of the pond and then turn into poison. To provide the right amount of feed according to the age of the shrimp, there is a formula, Mr/Mrs Farmers. Come on, read this article for more details! The Importance of Shrimp Feeding ManagementHow to Feed Vaname Shrimp According to AgeNeed Help Regarding Shrimp Cultivation Business?Calculate Feed Needs Using the Cultivation Calculator at eFarm The Importance of Shrimp Feeding ManagementSource eFishery DocumentationIn vannamei shrimp farming, feed management is the process of regulating the feeding according to the age and weight of the shrimp to maximize shrimp growth. Good feed management, especially in vannamei shrimp farming, is very important to implement because it has a high risk of cultivation. You could fail to harvest vannamei shrimp just because you miscalculated the amount and frequency of make proper feed management calculations, you can start by counting Feeding Rate FR and Feed Conversion Rate FCR. So, what are FR and FCR in vannamei shrimp farming?FR is the daily feed rate which is determined based on the average weight of the shrimp or Average Body Weight ABW and calculated based on vannamei shrimp biomass. If the FR calculation is correct, vannamei shrimp can grow optimally because their feeding is efficient. Consider the following example to calculate FRFR = Biomass x FR FeedExamplePopulation = 100,000 headsABW = 10 gBiomass = 1,000 kgFR Feed = 3,9%FR = 1,000 X 39 kg/daySo the amount of feed that you can give to 1,000 vaname shrimp with an average weight of 10 g is 39 kg/ the Feed Conversion Rate FCR is the effectiveness rate of the stocked feed. By calculating the FCR, you can see whether the feed spread is actually eaten by the shrimp or is it wasted and pollutes the pond. To calculate it, consider the following exampleFCR = Total feed that has been given kg Shrimp biomassExampleBiomass = 1,000 kg The amount of feed that has been given = 1,100 kgFCR = 1,100 1,1So, the FCR for the cycle is the FCR number for your vannamei shrimp farming is at the spread of feed that you are doing is effective. This figure also means that the shrimp biomass to be harvested is close to the weight of the feed Read Tricks for Successful Cultivation by Calculating Vaname Shrimp FCRHow to Feed Vaname Shrimp According to AgeAfter knowing the appropriate FR and FCR numbers, now is the time for you to know how to give and the type of feed that is suitable for vannamei shrimp according to their age. For more details, pay attention to the following vannamei shrimp feed table!As shown in the table above, the types of feed for vannamei shrimp are divided into 3, namely powder, granules, and pellets. The three types of feed above are classified as artificial feed, feed whose nutritional content has been directly formulated by shrimp feed vaname shrimp cultivation, artificial feed is used more often because it is more practical and makes the shrimp grow faster. Come on, see more explanation about the three types of feed!1. FlourThis type of feed is usually used for vannamei shrimp fry that are under 15 days old which weigh only in the range of g. The form of flour feed which is very fine and rich in nutrients is very suitable for shrimp fry that cannot process food properly. At that age, vaname shrimp fry have a small mouth shape and a digestive system that is not strong enough to digest larger provision of flour feed also aims to make the nutrient absorption process run better, so that vannamei shrimp growth can occur optimally. Flour feed is given to vannamei shrimp fry 3 times a Granules/CrumbleThis feed, which is larger in shape than flour, is given to vannamei shrimp fry in the age range of 16-45 days. Granules are made from coagulation of flour type feed with added nutrition. Granules can also be regarded as feed produced from the process of destroying pellet type feeds to create a smaller can give granules 4 times a day to prawns aged 16-30 days and 5 times a day to prawns that are 31-45 days PelletsPellets are given to vannamei shrimp fry that are 46-120 days old or until they enter the harvest period. Pellets have a more complex nutritional content and can make vannamei shrimp have a better weight until harvest time arrives. You can give vaname shrimp pellets 5 times a Read Types of Shrimp Feed Often Chosen by Successful Farmers!
- Ξէлестիζ ልиկεշ
- ዕоղ θκюքቷ ιքիм
- Зጼтጀзехըነе шυκеπመх ኑюбрυ каծуፕոщሽ
- ፏтр ռիхօ
- Нюժቻፌቻгα ιщθሐик
- Υнαто ጎуጃечθցιх
- Ш ուлω ፈэፁоцጅкр зипቅλаኽፓ
Ampastahu adalah limbah industri pembuatan tahu yang dapat digunakan sebagai bahan pakan. Namun pemanfaatan ampas tahu masih rendah, karena serat kasar yang tinggi, kecernaan yang rendah, asam amino yang rendah dan memiliki sifat yang cepat basi dan berbau. Penelitian ini bertujuan menentukan dosis dan periode inkubasi mikroorganisme mix
ArticlePDF AvailableAbstractUdang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai lebih dari kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan masyarakat. Praktek Kerja Lapang PKL ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik pembesaran udang vaname. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk pada tanggal 20 Januari sampai 21 Februari 2017. Lokasi tambak tersebut yaitu di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan partisipasi aktif selama proses kegiatan pembesaran udang vaname. Data yang terkumpul terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer berupa pertumbuhan udang vaname, kualitas air, serta pemberian pakan selama proses budidaya. Sedangkan data sekunder berupa hasil studi data literatur mengenai teknis pembesaran udang vaname. Selain itu, data sekunder juga bisa diambil berdasarkan dokumen pendukung mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana budidaya. Kegiatan pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pemasaran. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 70 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei PADA TAMBAK PENDAMPINGAN PT CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk DI DESA RANDUTATAH, KECAMATAN PAITON, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR Enlargement Technique of Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei on Mentoring Pond of PT Central Proteina Prima Tbk in Randutatah Village, Paiton, Probolinggo, East Java Muhammad Ghufron1*, Mirni Lamid2, Putri Desi Wulan Sari2 dan Hari Suprapto2. 1Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya 2Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya * Abstrak Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai lebih dari kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan masyarakat. Praktek Kerja Lapang PKL ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik pembesaran udang vaname. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk pada tanggal 20 Januari sampai 21 Februari 2017. Lokasi tambak tersebut yaitu di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan partisipasi aktif selama proses kegiatan pembesaran udang vaname. Data yang terkumpul terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer berupa pertumbuhan udang vaname, kualitas air, serta pemberian pakan selama proses budidaya. Sedangkan data sekunder berupa hasil studi data literatur mengenai teknis pembesaran udang vaname. Selain itu, data sekunder juga bisa diambil berdasarkan dokumen pendukung mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana budidaya. Kegiatan pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pemasaran. Kata kunci Udang Vaname, Tambak, Pakan, Kualitas Air, Hama dan Penyakit Abstract Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei is one of the fisheries commodities which have a high economic value. Productivity of this commodity can reach over kg/ha. The objective of this internship is to acquire knowledge and experience about enlargement technique of vannamei shrimp. The intersnship was held in mentoring pond of PT Central Proteina Prima Tbk on January 20 until February 21, 2017. The location of that pond was in Randutatah Village, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. The method used during the internship was the descriptive method. The descriptive method included an interview, an observation, and an active participation during the enlargement process of vannamei shrimp. The collected data from that method were the primary data and the secondary data. The primary data involved the shrimp growth, water quality, and feeding management during the aquaculture process. The secondary data involved the result of some literature studies about the technique of shrimp enlargement. The secondary data were also collected from the support document about the company history, organization structure, and facilities in shrimp aquaculture. The activity of vannamei shrimp rearing culture during the internship included covering pond preparation, shrimp stocking, feed and water quality management, pest and disease control, harvesting, and marketing aspect. Keywords Vannamei Shrimp, Pond, Feed, Water Quality, Pest and Disease PENDAHULUAN Udang merupakan salah satu komoditas ekspor dari sub sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu jenis udang yang permintaannya cukup tinggi baik di dalam Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 71 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 maupun luar negeri yaitu udang vaname Litopenaeus vannamei. Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan perki-raan kebutuhan udang vaname di Jepang ton/tahun, Amerika Serikat sebesar ton/tahun dan Uni Eropa ton/tahun. Dijelaskan oleh Direktorat Jendral Perika-nan Budidaya pada tahun 2013, Indonesia baru memproduksi udang vaname sebesar ton/tahun. Hasil tersebut belum mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi udang vaname ditingkatkan menjadi ton/tahun agar dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut Erlando et al., 2015. Di Indonesia, keberadaan udang vaname sudah bukan hal yang asing lagi karena keunggulan-keunggulan yang dimi-liki oleh udang introduksi tersebut telah berhasil merebut simpati para pembu-didaya, sehingga sejauh ini keberadaannya dinilai dapat menggantikan spesies udang windu Penaeus monodon sebagai alter-natif kegiatan diversifikasi usaha yang positif. Udang vaname secara resmi diper-kenalkan pada masyarakat pembudidaya pada tahun 2001 setelah menurunnya produksi udang windu karena berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pro-duksi, baik masalah teknis maupun non teknis Subyakto et al., 2008. Berdasarkan penelitian Boyd dan Jason 2002, produktivitas udang vaname dapat mencapai lebih dari kg/ha. Komoditas ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies udang lainnya, antara lain lebih mampu beradaptasi terhadap kepadatan tinggi, tahan terhadap serangan penyakit, dapat hidup pada kisaran salinitas 5 hingga 30 ppt, serta mempunyai tingkat survival rate SR atau kelulushidupan dan konversi pakan yang tinggi. Dalam proses budidaya udang vaname, dibagi menjadi 3 sektor kegiatan, yakni pembenihan, pendederan, dan pem-besaran. Kegiatan pembesaran udang vaname sendiri meliputi persiapan tambak, pemilihan dan penebaran benur, pemeli-haraan kualitas air, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen. Oleh sebab itu, agar dapat lebih memahami serangkaian kegiatan dari salah satu sektor tersebut, diperlukan pelaksanaan praktek kerja lapang mengenai teknik pembesaran udang vaname di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk. METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk yang terletak di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 Januari-21 Februari 2017. Metode Penelitian Metode kerja yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan proses observasi atau pengamatan langsung. Disamping itu, dapat dilakukan juga melalui wawancara dengan pihak terkait dan partisipasi aktif selama proses pelak-sanaan budidaya. Data yang terkumpul meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pema-nenan, dan pemasaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Tambak Sebelum dilakukan penebaran, tambak beton yang merupakan wadah pembesaran udang vaname dicuci dengan menggunakan air tawar. Pencucian terse-but dimaksudkan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada dasar dan dinding tambak yang berpotensi membawa hama dan penyakit selama proses budi-daya. Tambak yang sudah bersih tersebut kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan tujuan untuk membunuh sisa-sisa organisme dan menguapkan bahan organik beracun yang ada di dasar Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 72 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 tambak. Selama proses pengeringan, pemasangan CPD Crab Protecting Device dapat dilakukan untuk mencegah masuknya hewan-hewan yang merupakan hama dan agen pembawa penyakit, terutama kepiting. Setelah itu, tambak diisi dengan air yang berasal dari sumur bor air asin sampai ketinggian 120 cm. Sebelum pengisian air, pengaturan lokasi kincir dapat dilakukan. Upaya yang dilakukan untuk membasmi crustacea yang terdapat dalam air yaitu dengan penggunaan krustasida yang mengandung dichlorvos. Erdogan et al. 2007 menyatakan bahwa dichlorvos 2,2-dichlorovinyl dimethyl phosphate; DDVP dapat membunuh crustacea dengan cara menghambat akti-vitas enzim asetilkolinesterase AChE. Krustasida ini diaplikasikan dengan cara langsung ditebar ke tambak pada pagi hari dengan konsentrasi 1 ppm. Kincir air dapat digunakan agar krustasida dapat tersebar secara merata. Pada hari berikutnya, cupri sulfat dapat diberikan sebagai algasida. Cupri sulfat dapat menekan pertumbuhan alga dengan cara menghambat proses fotosin-tesis dan fosforilasi oksidatif pada rantai transportasi elektron Pradeep et al., 2015. Kadar cupri sulfat tergantung pada nilai alkalinitas air tambak. Semakin tinggi alkalinitas, maka semakin tinggi pula dosis cupri sulfat yang diberikan. Setelah 24 jam, perlakuan selanjutnya yaitu pembe-rian kaporit dengan dosis 30 ppm. Tujuan dari pemberian kaporit adalah sebagai upaya sanitasi air yang dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang merupakan bahan pencemar. Disamping itu, kaporit juga dapat mengoksidasi zat besi yang apabila konsentrasinya terlalu tinggi dapat membahayakan kelangsungan hidup udang vaname Azzahrah dan Andi, 2014. Selain proses sterilisasi, penum-buhan mikroorganisme dan plankton juga perlu dilakukan dalam kegiatan persiapan tambak sebelum dilakukan penebaran udang vaname. Kegiatan ini dapat dilaku-kan tiga hari setelah aplikasi pemberian kaporit. Bahan yang digunakan sebagai nutrisi mikroorganisme dalam perairan yaitu dedak sebanyak 3 ppm, fermipan mengandung Saccharomyces cerevisae dan antioksidan 15 gr/kg dedak, dan air. Perbandingan air dan dedak yang digunakan yaitu 11. Setelah dicampur hingga merata, ketiga bahan tersebut disimpan dalam ember tertutup selama 48 jam agar dapat terjadi proses fermentasi. Sebelum ditebar ke tambak, hasil fermentasi tersebut diperas agar diperoleh airnya saja, sedangkan substratnya dibuang. Penebaran hasil fermentasi terse-but dapat dilakukan pada pagi hari dan diikuti dengan pemberian probiotik pada satu jam selanjutnya. Probiotik tersebut merupakan starter dari beberapa species bakteri, seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp., Nitrosomonas sp., Aerobacter sp., dan Nitrobacter sp. Penebaran Benur Ukuran udang vaname yang siap ditebar ke tambak yaitu PL10. Sebelum benur dipindahkan dari dalam kantong plastik ke tambak, benur perlu diaklima-tisasi terlebih dahulu. Andriyanto 2013 menyatakan bahwa aklimatisasi benur dimaksudkan untuk mencegah tingginya tingkat kematian mortalitas benur pada saat dan setelah penebaran. Aklimatisasi terhadap suhu dapat dilakukan dengan cara merendam kantong plastik yang telah berisi benur dalam keadaan tertutup hingga muncul adanya uap di dalam kantong plastik tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa suhu di dalam kantong plastik sudah sama dengan suhu air tambak. Setelah itu, aklimatisasi terhadap salinitas dapat dilakukan dengan cara memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam kantong plastik yang telah berisi benur tersebut hingga penuh dan benur dapat keluar dengan sendirinya. Kegiatan penebaran benur dapat dilakukan pada pagi atau sore hari bersamaan dengan penebaran Artemia sebagai pakan alami benur tersebut. Lokasi penebaran benur Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 73 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 berada di titik yang berarus lemah agar benur tidak stress, sedangkan lokasi penebaran Artemia berada di dekat kincir agar Artemia tersebut dapat tersebar secara merata. Manajemen Pakan Pakan yang diberikan selama pro-ses pembesaran udang vaname yaitu pakan berupa crumble/remahan. Hal ini disebabkan karena ukuran bukaan mulut udang vaname yang masih relatif kecil. Pada awal bulan pertama, pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan metode blind feeding. Metode blind feeding merupakan metode menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat udang. Jumlah pakan awal yang diberikan setiap ekor benur yaitu sebanyak tiga kilogram. Pada umur 1-10 hari, penambahan pakan perharinya sebanyak 200 gram, 11-20 hari sebanyak 400 gram, dan 21-30 hari sebanyak 600 gram. Setelah itu, pada bulan selanjutnya pemberian pakan disesuaikan dengan biomassa udang dan dikontrol dengan menggunakan indikator skor cek anco. Aplikasi pakan tambahan juga diterapkan pada pemeliharaan udang vaname. Pakan tambahan yang dimaksud, antara lain vitamin C, omega protein, dan probiotik. Sampling dilakukan satu minggu sekali untuk mengetahui berat rata-rata dan biomassa udang vaname sehingga jumlah pakan harian udang vaname dapat diten-tukan. Selain itu, hasil sampling juga dapat digunakan untuk memantau laju pertumbuhan berat dan menduga rasio konversi pakan FCR sementara udang vaname. Berikut rumus perhitungan laju pertumbuhan berat Jaya dkk., 2013 dan FCR Ridlo dan Subagiyo, 2013 pada pemeliharaan udang vaname. Manajemen Kualitas Air Kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan udang vaname. Oleh sebab itu, kualitas air perlu diperhatikan secara intensif. Menurut periodenya, pemeriksaan kualitas air terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan setiap hari dan setiap minggu. Parameter kualitas air yang diukur setiap hari dianta-ranya suhu, kecerahan, salinitas, dan pH. Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan pada pagi dan sore hari. Sedangkan parameter yang diukur setiap minggu yaitu kesadahan, alkalinitas, nitrit, TAN Total Ammonia Nitrogen, TOM Total Organic Matter, serta jumlah plankton dan bakteri. Suhu air yang didapat dari pengu-kuran di tambak pembesaran udang vaname adalah berkisar pada 28-31º C. Suhu air tersebut masih merupakan suhu yang optimal bagi kehidupan udang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kharisma dan Manan 2012 bahwa suhu optimal yang diperlukan oleh udang vaname yaitu berkisar antara 28-32 °C. Pada kisaran suhu tersebut proses metabolisme dapat berjalan dengan baik sehingga kelangsu-ngan hidup dan pertumbuhan udang diha-rapkan dapat optimal. Kecerahan pada tambak udang vaname berkisar antara 15-35 cm. Menurut Malik 2014, kecerahan optimal air tambak yaitu sekitar 20-40 cm. Oleh sebab itu, apabila kecerahan air tambak di bawah 20 cm, maka upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengenceran terhadap air tambak hingga didapatkan kecerahan yang optimal untuk menunjang kehidupan udang budidaya. Rahmawati dkk., 2014 menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai kecerahan yaitu keadaan cuaca, padatan tersuspensi, waktu pengukuran, dan keteli-tian orang yang melakukan pengukuran. Nilai salinitas air tambak yang didapat selama kegiatan PKL yaitu 9-17 ppt. Salinitas air sangat erat hubungannya dengan proses osmoregulasi yang terdapat pada organisme perairan. Udang vaname termasuk organisme euryhaline yang mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang sangat luas, yakni 1-40 ppt. Namun, Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 74 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal, udang vaname membutuhkan salinitas 15-25 ppt Malik, 2014. Oleh sebab itu, salinitas air tambak perlu dinaikkan agar tidak berada di bawah kisaran optimal selama proses budidaya. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menambah air bersalinitas tertentu yang sudah disterilisasi. Kadar pH yang diukur selama kegiatan PKL berada pada kisaran pH yang optimal, yakni 7,7-8,4. Menurut Malik 2014, pH air tambak yang ideal untuk pembesaran udang vaname yaitu 7,5-8,5. Pada umumnya, pH air tambak pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari. Hal ini disebabkan pada sore hari telah terjadi penyerapan karbondioksida CO2 oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Sedangkan pada pagi hari kadar CO2 hasil respirasi udang vaname dan organisme lain dalam perairan cukup tinggi. Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air yang dapat menetralkan asam atau kuantitas anion air untuk menetralkan kation hidrogen serta sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan Djokosetiyanto dkk., 2005. Selama kegiatan PKL dilaksanakan, nilai alkalinitas air tambak yaitu berkisar 137,31-160 ppm. Menurut Kilawati dan Yunita 2014, nilai alkalinitas yang optimal untuk pemeliharaan udang vaname yaitu 100-150 ppm. Oleh sebab itu, pada tambak ini dilakukan pengenceran agar nilai alkalinitas tidak di atas 150 ppm. Pada kegiatan budidaya, semakin bertambahnya umur udang, maka jumlah pemberian pakan semakin meningkat pula. Peningkatan jumlah pakan ini dapat memicu peningkatan bahan organik dan senyawa toksik, seperti nitrit NO2 dan amonia NH3. Selain berasal dari sisa pakan yang tidak terkonsumsi, kedua senyawa tersebut juga dapat berasal dari feses hasil ekskresi udang Wulandari dkk., 2015. Menurut Kilawati dan Yunita 2014, kadar NO2 dan NH3 yang optimal untuk pertumbuhan udang vaname yaitu di bawah 0,01 ppm, sedangkan batas tole-ransi untuk NO2 berkisar antara 0,01-0,1 ppm dan NH3 sekitar 0,01-0,2 ppm. Kadar NO2 dan NH3 pada tambak budidaya berada di luar nilai optimal, yaitu berturut-turut dapat mencapai 0,968 ppm dan 0,37 ppm. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan aplikasi probiotik yang mengandung bakteri nitrifikasi. Bahan Organik Total TOM menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri atas bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Bahan organik yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya perubahan kuali-tas air tambak dan mempengaruhi kehidu-pan biota tambak, terutama udang budi-daya. Kandungan bahan organik yang meningkat akan mengakibatkan mening-katnya unsur hara, menurunnya pH dan oksigen terlarut, serta peningkatan aktifi-tas biologi Suwoyo, 2011. Nilai TOM pada tambak berkisar antara 103,65-115,57. Kilawati dan Yunita 2014 menyatakan bahwa kamdungan TOM yang layak untuk kehidupan udang yaitu di bawah 55 ppm. oleh sebab itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandu-ngan TOM pada tambak yaitu dengan melakukan pergantian air dan penyiponan secara rutin. Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan sebagai indikator biologi untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Plankton terbagi menjadi dua golongan, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Plankton merupakan pakan alami bagi organisme perairan. Selain sebagai pakan alami, fitoplankton juga dapat menghasilkan oksigen terlarut melalui proses fotosintesis Makmur, 2011. Kepadatan bakteri Vibrio dan total bakteri secara umum berturut-turut yaitu 170-880 CFU/ml dan 7000-118000 CFU/ml. Angka tersebut masih dapat ditolerir dalam kegiatan budidaya udang vaname. Menurut Kharisma dan Manan 2012, ambang batas maksimal kebera- Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 75 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 daan bakteri Vibrio sp. dalam air adalah 104 CFU/ml, sedangkan batas maksimal bakteri umum di perairan adalah 106 CFU/ml. Jika ambang batas ini dilampaui maka kematian massal udang budidaya dalam tambak dapat terjadi. Hama dan Penyakit Pencegahan masuknya hama dan penyakit udang dilakukan sejak tahap persiapan tambak. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dengan memasang CPD Crab Protecting Device di bagian tepi tambak. Hal ini dimaksudkan agar kepiting tidak dapat masuk ke perairan budidaya. Selain sebagai hama yang dapat menjadi kompetitor udang dalam hal pakan, oksigen terlarut dan ruang gerak, kepiting juga dapat sebagai agen pembawa suatu penyakit, misalnya WSSV. Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mencegah adanya hama dan penyakit yaitu dengan pemberian krustasida, cupri sulfat, kaporit dan probiotik yang telah dijelaskan pada subbab persiapan tambak. Panen Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar 100-30 individu/ kg. Untuk mendapatkan kualitas udang yang baik, sebelum panen dapat dilakukan penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit udang dengan dosis 6-7 ppm. Selain dolomit juga dapat menggunakan kapur CaOH2 dengan dosis 5–20 ppm sehari sebelum panen untuk menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak molting Malik, 2014. Pemasaran Para petambak biasanya sudah ber-komunikasi dengan calon pembeli sebelum dilakukan kegiatan pemanenan. Setelah mencapai kesepakatan harga, para pembeli akan berdatangan ke lokasi ketika proses pemanenan dilakukan dengan membawa styrofoam/cool box sendiri. Para pembeli udang vaname tersebut biasanya berasal dari Surabaya, Sidoarjo, dan Banyuwangi. Hambatan dan Kemungkinan Pengem-bangan Usaha Salah satu hambatan yang terdapat pada kegiatan pembesaran udang vaname di tambak pendampingan CP Prima ini yaitu salinitas air dari sumur bor tidak konstan, sehingga pada waktu pengisian air perlu dilakukan pengukuran terlebih dahulu agar kebutuhan air asin dan air tawar dapat diperhitungkan. Selain itu, hujan yang terlalu deras dapat menye-babkan salinitas air menurun drastis, sehingga petambak harus mempunyai persediaan air asin yang siap untuk dimasukkan ke petak-petak yang ada. Di sisi lain, pada daerah sekitar lokasi tambak ini memiliki peluang pengembangan usaha yang sangat luas. Hal ini didukung oleh masih banyaknya lahan kosong yang tidak terpakai dan dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya udang vaname. Saat ini pemilik tambak sudah membeli beberapa lahan-lahan di sekitar lokasi untuk memperluas area usaha yang ada. Tujuan dari pengembangan usaha yang dilakukan yaitu untuk memper-banyak pemasukan dan mengoptimalkan fungsi lahan-lahan di sekitar lokasi budidaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang PKL tentang Teknik Pembesaran Udang Vaname Litopenaeus vannamei pada Tambak Pendampingan PT Central Proteinaprima Tbk di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pembesaran udang vaname meliputi kegiatan persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemane-nan, dan pemasaran. Hambatan yang terdapat pada kegiatan ini yaitu salinitas air sumber yang tidak konstan dan hujan yang terlalu deras. Sedangkan peluang pengem-bangan usaha di area lokasi budidaya sangat luas karena masih banyak lahan yang potensial untuk dijadikan tambak. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 76 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 Saran Berdasarkan beberapa hambatan yang ditemui selama Praktek Kerja Lapang, sebaiknya pada kolam busmetik diterapkan biosecurity agar hama tidak mudah masuk dan pensterilan alat pengu-kuran kualitas air agar tidak terjadi kontaminasi silang penyakit antara satu kolam dengan kolam yang lain. DAFTAR PUSTAKA Andriyanto, F., A. Efani dan H. Riniwati. 2013. Analisis Faktor-Faktor Pro-duksi Usaha Pembesaran Udang Vanname Litopenaeus vannamei di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur ; Pendeka-tan Fungsi Cobb-Douglass. Jurnal ECSOFiM, 1 1 82-96. Azzahrah, F. dan A. Susilawaty. 2014. Efektivitas Pembubuhan Kaporit dalam Menurunkan Kadar Zat Besi Fe pada Air Sumur Gali Tahun 2013. Jurnal Kesehatan, 7 1 322-331. Boyd, and Jason C. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture, Ltd A Superintensive Shrimp Aquaculture System”. Report prepared under the World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environ-ment. Work in Progress for Public Discussion. Published by the Consortium. 17 hal. Djokosetiyanto, D., R. K. Dongoran dan E. Supriyono. 2005. Pengaruh Alkali-nitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam Pangasius sp.. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 2 53-56. Erdogan, O., M. Atamanalp, T. Sisman, E. Aksakal and G. Alak. 2007. Effects of 2,2-Dichlorovinyl Dimethyl Phosphate DDVP on Hsp70 Gene Expression in Rainbow Trout. The Israeli Journal of Aquaculture, 59 4 230-234. Erlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Lito-penaeus vannamei. Aquaculture Technology Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Sciences. University of Riau. 7 hal. Jaya, B., F. Agustriani, dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal, 5 1 56-63. Kharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang Vannamei Litopenaeus vannamei Sebagai Deteksi Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4 2 129-134. Kilawati, Y. dan Y. Maimunah. 2014. Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litopenaeus vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome Virus. Research Journal of Life Science, 2 1 50-59. Makmur, R. dan M. Fahrur. 2011. Hubungan Antara Kualitas Air dan Plankton di Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Halaman 961-968. Malik, I. 2014. Budidaya Udang Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. WWF-Indonesia. Jakarta. Halaman 3-30. Nuhman. 2008. Pengaruh Prosentase Pemberian Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. Berkala Ilmiah Perikanan, 3 1 35-39. Pradeep, V., Ginkel, S. Park, T. Igou, C. Yi, H. Fu, R. Johnston, T. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 77 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 Snell and Y. Chen. 2015. Use of Copper to Selectively Inhibit Brachionus calyciflorus Predator Growth in Chlorella kessleri Prey Mass Cultures for Algae Biodiesel Production. International Journal of Molecular Sciences, 16 20674-20684. Rahmawati, I., Hendrarto dan Purnomo. 2014. Fluktuasi Bahan Organik dan Sebaran Nutrien serta Kelimpahan Fitoplankton dan Klo-rofil-A di Muara Sungai Sayung Demak. Diponegoro Journal of Maquares, 3 1 27-36. Ridlo, A. dan Subagiyo. 2013. Pertum-buhan, Rasio Konversi Pakan dan Kelulushidupan Udang Litope-naeus vannamei yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Prebiotik FOS Fruktooligosakarida. Buletin Oseanografi Marina, 2 4 1-8. Subyakto, S., D. Sutende, M. Afandi dan Sofiati. 2008. Budidaya Udang Vannamei Litopenaeus vannamei Semiintensif dengan Metode Sirku-lasi Tertutup untuk Menghindari Serangan Virus. Berkala Ilmiah Perikanan, 3 1 1-7. Suwoyo, 2011. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus Sistem Tumpang Sari di Areal Mangrove. Berkala Perikanan Terubuk, 39 2 25-40. ... The optimal NH 3 content for the growth of white shrimp was ppm Ghufron et al., 2017. However, if other water quality parameters were in the optimum range, it was possible that the shrimp could still grow well. ...... However, on the 79 th day it had exceeded ppm where above that value the environmental conditions were not ideal for the growth of vaname shrimp. The optimal NO 2 for white shrimp growth was around ppm Ghufron et al., 2017. ...Vannamei shrimp Litopenaeus vannamei is the mainstay of fishery exports in Indonesia. In order to achieve the vannamei shrimp production target, the Millennial Shrimp Farming MSF system was developed to make vaname cultivation possible in limited land and relatively small business capital. Although many MSF systems have been carried out, studies reporting on shrimp growth and water quality in MSF systems in Indonesia have not been widely reported. This study aimed to analyze the growth of vaname shrimp and the dynamics of water quality during white shrimp culture with MSF system in Indonesia. The parameters analyzed were daily water quality pH, DO, Salinity, Brightness, weekly water quality NH3, NO2, PO4, H2S, and shrimp growth survival rate, average body weight, average body length, average daily growth. Water quality measurements were carried out 2 times a day am and pm. The results in this study indicated that the white white shrimp culture system with the MSF system can be used as an alternative to increase white shrimp production in Indonesia. To the best of our knowledge, this study was the first study to report that the white shrimp culture system with the MSF system could be used to maintain water quality in ponds and produced optimal shrimp growth.... Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan penurunan pH, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kadar CO2 hasil respirasi udang dan kandungan bahan organik dari sisa pakan dalam perairan cukup tinggi. Kandungan bahan organik yang meningkat akan mengakibatkan meningkatnya unsur hara, menurunnya pH dan oksigen terlarut, serta peningkatan aktifitas biologi Ghufron et al., 2017. ...... Menurut Ghufron et al. 2017 sisa pakan dapat memicu peningkatan bahan organik dan senyawa toksik, seperti nitrit NO2 dan ammonia NH3. Sehingga terbentuk proses nitrifikasi yaitu perubahan senyawa ammonia menjadi senyawa nitrit. ...Encik Jumarni Roshaliza Nurul SuwartiningsihUdang galah Macrobrachium rosenbergii de Man adalah salah satu spesies udang air tawar asli Indonesia yang sudah dikembangkan. Salah satu kendala dalam budidaya udang galah adalah pertumbuhan yang relatif lambat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan kapur CaCO3 dengan berbagai konsentrasi yaitu 0 mg/L atau tanpa penambahan kapur, 15 mg/L, 30 mg/L, dan 45 mg/L terhadap pertumbuhan udang galah. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 6 kali ulangan pada setiap perlakuan, dengan masing-masing ulangan terdapat 5 sampel. Parameter pertumbuhan yang diamati berupa bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuesi moulting udang galah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur CaCO3 berpengaruh pada pertambahan bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuensi moulting udang galah. Pertambahan bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuesi moulting yang paling optimal dengan penambahan konsentrasi kapur 45 mg/L. Kata kunci kalsium karbonat CaCO3, pertumbuhan, udang galah.... The second parameter measured is the volume of water wasted during cleaning process. This is important to analyze because the water in ponds is necessary the quality is maintained by both physical and chemical physical parameters and nutrients, and sometimes it is given treatment with probiotic bacteria [15]. 15 Figure 6. ...... This is important to analyze because the water in ponds is necessary the quality is maintained by both physical and chemical physical parameters and nutrients, and sometimes it is given treatment with probiotic bacteria [15]. 15 Figure 6. Comparison graph of wasted water volume. ...In intensive shrimp cultivation system, residual waste that settled at the bottom of the pond is impacting water quality. Therefore, there is a need to regularly clean this residual to maintain the water quality in good condition. In this paper we describe the automatic instrument system to clean up the bottom of the pond. This waste cleaning instrument uses the principle of equilibrium between the main component in the form of a pyramid and supporting components, namely the water container. The pyramid has a dimension of and 4 poles that serve as rails and support for pulleys that hang both components. The framework of the pyramid is made of pipes and then the frame is coated with HDPE sheets and solar flat. The pyramid will go up and down in accordance with the water container, if it is filled with water and empty automatically because it is installed two submersible pumps to drain and fill the water container. From the field test results it was found that this instrument works effectively, where in one cleaning, it can be done in less than 5 minutes compared to conventional cleaning which takes hours.... ton/tahun dan Uni Eropa ton/tahun Ghufron et al., 2017. ...Vaname shrimp Litopenaeus vannamei is an export commodity from the fisheries sub-sector which has high economic value. The development of aquaculture systems from traditional to intensive has the potential for disease attacks. Control of the spread of the disease must be done as early as possible, one method of prevention is using immunostimulants. An alternative source of immunostimulants that can be used to increase the immune system of shrimp is octopus Octopus sp. ink. Octopus ink is generally not used or thrown away when the octopus meat is processed. Research on octopus ink is also minimal compared to squid ink and cuttlefish ink. The purpose of this review is to provide an overview of the potential of octopus ink as an immunostimulant for vaname shrimp. It is known that the content of octopus ink consists mostly of alkaloids, melanin, amino acids, and carboxylic acids. Octopus ink has various roles based on its compound content such as antimicrobial, antioxidant, antibacterial, antiretroviral, anticancer, anti-ulcerogenic, anti-inflammatory, antivirus, antifungal, antiviral, and anti-proliferative. From the results of the literature study, it is explicitly necessary to carry out further research to find out more complete compounds content in octopus ink so that its potential as an immunostimulant in vaname shrimp cultivation can be identified more clearly.... Permintaan terhadap udang vaname di pasar mancanegara meliputi Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa yang merupakan pasar utama ekspor komoditas udang Indonesia Asnawi et al., 2021. Udang vaname berpotensi untuk terus dikembangkan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya reponsif terhadap pakan/nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk, pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi, dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 90-100 hari per siklus Ghufron et al., 2018;Purnamasari et al., 2017;Suseno et al., 2021 Budidaya udang vaname selama ini identik dengan budidaya skala besar karena membutuhkan investasi dan biaya operasional yang cukup tinggi untuk setiap siklusnya Fatalattof, 2022. Kendala dalam usaha budidaya udang di masyarakat selain dipengaruhi oleh keterbatasan dana juga disebabkan oleh minimnya pengetahuan terkait budidaya Rahmadina et al., 2022. ... Annisa Bias CahyanuraniNasuki NasukiAtika Marisa HalimKartika PrimasariThe vannamei shrimp farming business still has the opportunity to continue to develop given the public's high demand and high national shrimp production target that must be met. Vannamei shrimp is also a commodity that has high economic value. However, vannamei shrimp cultivation is known as cultivation which requires the cultivators to have large capital making it difficult for all groups to reach. The purpose of this community service activity is to provide information and insight to the public regarding shrimp farming with technology that can be applied on a small scale with relatively low capital and is expected to be accessible to all people who wish to cultivate vannamei shrimp using a household scale cultivation system Backyard Shrimp Farming/BSF. This service activity is in the form of online dissemination using the zoom application and broadcast live via YouTube of the Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo. The activity was carried out by delivering material by the speaker and followed by a discussion and question and answer between the participants and the speaker. At the end of the activity, participants were given a link to fill out an assessment questionnaire related to the dissemination activities carried out. Based on the results of the questionnaire, it can be concluded that the participants had a great interest in this household-scale vannamei shrimp farming opportunity and felt the benefits of this dissemination activity, and overall the dissemination had been carried out well in terms of clarity of material delivery, the interaction between participants and the speaker, the suitability of the material and the performance of the moderator/facilitator in presenting the event.... Kelayakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL perlu dianalisis dari segi kelayakan ekonominya [6]. Analisis ekonomi tersebut dapat dilakukan dengan Metode Stokastik atau disebut juga metode acak, yaitu merupakan proses dimana nilai sesaat dari satu atau lebih kejadian yang bermacam variasi terhadap waktu tidak pasti [7]. ...Moch Rizky Ussy AndawayantiRahmah Dara LufiraPotensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang dimiliki Kabupaten Probolinggo cukup besar. Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo 2012 menyebutkan bahwa bandeng dan udang vanamei merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di tambak Kabupaten Probolinggo, namun air buangan dari tambak berpotensi mencemari lingkungan, sehingga diperlukan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL guna mengolah limbah menjadi aman untuk dikembalikan ke laut. Pembangunan IPAL direncanakan dengan beberapa alternatif kemudian dilakukan analisis kelayakan menggunakan metode Stokastik untuk mengetahui alternatif yang paling layak diterapkan dari segi ekonomi. Hasil anggaran investasi untuk pembangunan IPAL yaitu Rp Biaya tersebut diperoleh dari hasil panen udang setiap tahunnya. Dengan 1 kolam tambak udang vaname didapatkan keuntungan sebesar Rp. Biaya Operasi dan Pemeliharaan selama setahun yaitu Rp. Berdasarkan perhitungan yang telah dirancang, dapat disarankan untuk menggunakan Alternatif 1 dengan 1 kolam produksi dan 1 kali panen dalam setahun. Dikarenakan keuntungan bersih tiap tahun terbesar yaitu Rp payback periode yang singkat yaitu 1 tahun, B/C sebesar 2,12, NPV Rp IRR 38,49% dan semua kondisi layak berdasarkan analisis sensitivitas.... Produktifitas perikanan di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya adalah perikanan tangkap laut, perikanan tangkap PUD Perairan Umum Daratan dan perikanan budidaya Akuakultur. Namun dari ketiga jenis produktifitas perikanan tersebut yang konsisten terus mengalami peningkatan produktifitas setiap tahunnya adalah dari jenis produktifitas akuakultur Ghufron et al., 2018.Tercatat pada data statistik dari tahun 2012 hingga tahun 2017 bahwa Akuakultur terus mengalami rata-rata kenaikan sebesar 11,5% pada tiap tahunnya Rahmantya et al., 2018. ...Ahmad Rifa'iKualitas air dalam budidaya udang adalah faktor penting yang perlu diperhatikan. Sehingga kualitas air yang baik menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan budidaya udang. Permasalahan utamanya adalah buruknya kualitas air selama masa pemeliharaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian ini bertujuan menggunakan perangkat Internet of things IoT yang dapat memantau kondisi kualitas air dan melakukan tindakan pencegahan berupa perberitahuan dini dan kontrol otomatis pada tiap-tiap aktuator di kolam budidaya. Beberapa sensor yang digunakan seperti Dissolved Oxygen DO, Hydrogen Potential pH, Turbidity, Suhu air dan Ketinggian air Sensor ultrasonic. Selanjutnya data kualitas air akan dikirimkan ke server Node-Red Platform menggunakan komunikasi protokol MQTT Message Queue Telemetry Transport. Pengolahan data yang dilakukan di Server menggunakan metode IFTTT If This Then That dan menghasilkan keputusan berupa perintah command set untuk mengontrol aktuator pada Node kontrol aktuator. Dari hasil pengujian performa, delay yang terjadi pada pengiriman data dari publisher ke subscriber diperoleh rata-rata 260 ms dengan menggunakan publik Broker HIVEMQ. Sedangkan pada pengujian kontrol otomatis, grafik respon menunjukan adanya aksi yang dilakukan oleh alat kontrol aktuator setelah mendapatkan command set yang dihasilkan metode IFTTT pada platform Manan Adnan KharismaAbstract The abundance of bacteria is an activity that aims to determine the distribution and the abundance of bacteria in a water area, so an effort to control and prevent against these bacteria can be made to avoid it’s wide spread. The function of this monitoring activities is for an early detection of animal health conditions that is the white leg shrimp due to bacterial attack. Given the importance of health level in the cultivation of white leg shrimp, then the monitoring activity in bacterial abundance should be done because the number of bacteria found in aquatic environments shouldn’t exceed the minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml. The purpose of this study case is to know the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water augmentation. Because the Vibrio sp. bacteria is known as the opportunistic pathogen of white leg shrimp, which can cause disease if the environmental conditions are bad. Working methods used is descriptive method of data collection techniques include primary and secondary data. The stage of the monitoring activity include 1 Preparation phase which includes the preparation of equipment and materials and sterilization equipment and media. 2 Phase of making trisalt solvent and bacterial culture media. 3 Phase of retrieval and delivery the water samples. 4 Phase planting the water samples. 5 Phase counting the bacteria. 6 Interpretation the results of the calculation. Based on the results of monitoring the abundance of bacteria in white leg shrimp water augmentation activity, the conclusion is the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water augmentation has exceeds the minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml, so the white leg shrimp culture is susceptible againts these Vibriosis disease. Nuhman NuhmanFeed is an important factor in the culture of vannamei shrimp. The optimum feed have clone to prevent underfeeding or overfeeding, whereas the amount of feed must have adjust with shrimp biomass. The aim this research is to know the percentage of optimum feed from vannamei shrimp. The method is experimental research with Complete Random Design, and the result showed that difference of percentage of feed is not significantly for daily growth of vannamei shrimp. The amount of feed as mush as 40 % of biomass weight/day showed the best daily growth %. Yuni KilawatiYunita MaimunahIncreasing number of vannamei shrimp Litapenaeus vannamei ponds are switching from traditional to intensive farming systems, the more impact resulting among other potential environmental pollution. Pollution of the environment can directly degrade water quality cultivation and facilitate access of pathogens to infect the host. In this study examines how the quality of the environment, population and genetic characteristics of shrimp that live in some intensive pond associated with a disease that often affects farmed shrimp is White Spot Syndrome Virus WSSV. Acquisition and primary data collection is done by conducting interviews and direct observation in the measurement of water quality parameters of both physics and chemistry and morphology observation of shrimp as well as the ICP11 gene expression detection of WSSV disease in vannamei shrimp DNA in the single Brachionus rotifer can consume thousands of algae cells per hour causing an algae pond to crash within days of infection. Thus, there is a great need to reduce rotifers in order for algal biofuel production to become reality. Copper can selectively inhibit rotifers in algae ponds, thereby protecting the algae crop. Differential toxicity tests were conducted to compare the copper sensitivity of a model rotifer-B. calyciflorus and an alga, C. kessleri. The rotifer LC50 was < ppm while the alga was not affected up to 5 ppm CuII. The low pH of the rotifer stomach may make it more sensitive to copper. However, when these cultures were combined, a copper concentration of ppm was needed to inhibit the rotifer as the alga bound the copper, decreasing its bioavailability. Copper X ppm had no effect on downstream fatty acid methyl ester SubyaktoDede SutendeMohamad AfandiSofiatiThe failure of vannamei shrimp culture often caused by virus attack, WSSV, TSV and IMNV. So that it need an alternative method like closed circulation method and probiotic application. Closed circulation is culture method without water circulation where as an additional water will do to change loss water, caused by evaporation and culture waste water. This kinds of probiotic ar Bacillus subtilis, Nitrosomonas, Nitrobacter, Saccaromyces, Rhodobacter and Rhodococcus. The aim of these research are preventing virus attack through closed circulation method and probiotic 2 2application. These culture used two culture ponds 3000 m , density 60 species/m and two reservoir ponds 22000 m for 105 days. The first culture pond A produced 2895 kg of vannamei shrimp size 60, SR % and FCR The second culture pond B produced 3025 kg of vannamei shrimp size 58, SR % and FCR dimethyl phosphate DDVP is used to control insects on crops, household, and stored products, and treat external parasitic infections in farmed fish, livestock, and domestic animals. Ectoparasitic copepods can cause severe skin damage in fish that may lead to death through osmoregulatory failure or infection by opportunistic pathogens. There is considerable uncertainty about whether or not DDVP is implicated in cancer, and the wider environmental consequences of its use. In general, and specifically in developing countries and fish farming, less hazardous alternatives are available. The present experiment studied the effects of DDVP at a daily dose of mg/l for 21 days on the expression of the heat shock protein Hsp 70 gene in rainbow trout Oncorhynchus mykiss. Hsp70 from control and DDVP-exposed fish was amplified for 20-40 PCR cycling. After the fortieth PCR cycle, the Hsp70 level in mRNA was very low in the control fish and very high in the DDVP-exposed fish, with a statistical difference of p< RahmawatiPujiono Wahyu PurnomoBoedi HendrartoKegiatan yang terdapat di sekitar muara Sungai Sayung seperti aktivitas manusia, pariwisata, industri rumah tangga, pertambakan, serta jalur pelayaran yang terus berlangsung tanpa pengelolaan yang baik dapat menyebabkan perubahan kondisi fisika, kimia, biologi sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan bahan organik, nutrien, dan kelangsungan hidup organisme di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui fluktuasi dan sebaran bahan organik di muara Sungai Sayung Demak, mengetahui distribusi spasial sebaran bahan organik dan nutiren terhadap kelimpahan fitoplankton, dan mengetahui keterkaitan antara bahan organik terhadap sebaran nutrien dan distribusi nutrien terhadap ini berdasarkan studi kasus dan menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel. Dalam penelitian ini ditentukan lima stasiun pengukuran, dimana pada tiap stasiun dilakukan tiga kali pengulangan. Analisis data bahan organik, nutrien, dan klorofil-a menggunakan metode Regresi Korelasi. Bahan organik dengan nitrat secara linier menunjukkan keeratan yang tinggi dengan nilai koefisien korelasi R sebesar 0,8209. Hubungan antara bahan organik dengan fosfat mempunyai nilai koefisien korelasi R sebesar 0,7804. Distribusi nutrien terhadap klorofil-a menunjukkan adanya gradasi nilai konsentrasi dimana di muara Sungai Sayung lebih tinggi dan akan semakin rendah menuju ke arah laut lepas. Berdasarkan nilai rata – rata klorofil-a yang diperoleh sebesar 1,027 – 1,353 µg/l, perairan muara Sungai Sayung Demak tergolong kedalam perairan yang bersifat Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Litopenaeus vannameiG ErlandoRusliadi Dan MulyadiErlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei. Aquaculture Technology Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Sciences. University of Riau. 7 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yangB JayaF AgustrianiDan IsnainiJaya, B., F. Agustriani, dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal, 5 1 Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang VannameiA A KharismaMananKharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang Vannamei Litopenaeus vannamei
PerhatikanWaktu Pemberian Pakan Udang Vaname. Selama 7 hari, Anda bisa melakukan penebaran udang sehingga anda butuh memperhatikan waktu makan supaya pembesaran udang sudah bisa berjalan lancar. Nanti sesudah memasuki usia 7 hari, maka anda dapat memberikan protein tinggi yang banyaknya 30 % dari takaran pakan yang ada.
Tambak Milenial – Kesuksesan budidaya udang vaname tentu saja tidak terlepas dari kualitas pakan yang diberikan. Ada berbagai kandungan di dalam pakan yang harus dipenuhi seperti karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Selain itu pemberian pakan udang vaname menurut umur juga harus dilakukan dengan tepat. Meskipun harga pakan udang vaname ini cukup tinggi, tetapi dengan pengelolaan yang tepat, harga bisa lebih ditekan. Pengelolaan pakan udang vaname ini mulai dari menentukan jumlah pakan, ukuran pakan, hingga teknik pemberian pakan sesuai dengan umur. Pakan udang sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu tepung, crumble, serta pelet dengan berbagai macam ukuran. Agar tidak mengalami kesulitan, berikut teknik pemberian pakan udang vaname menurut umur yang dapat Anda ikuti, antara lain Benur Berumur 1 Hingga 15 Hari Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pemberian pakan harus sesuai dengan umur udang. Untuk udang yang berumur 1 hingga 15 hari, umumnya berat udang baru 0,1 hingga 1 gram. Bentuk pakan yang direkomendasikan adalah powder, dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali dalam sehari. Udang Berumur 16 Hingga 45 Hari Ketika udang berumur 16 hingga 45 hari, umumnya berat udang sudah mencapai 5 gram. Bentuk pakan yang direkomendasikan adalah crumble, dengan intensitas pemberian pakan sebanyak 4 kali dalam sehari. Udang Berumur 45 Hingga 75 Hari Ketika udang berumur 45 sampai 75 hari, udang memiliki berat rata-rata 5 hingga 14 gram. Di rentang waktu ini, bentuk pakan yang direkomendasikan adalah crumble, dengan frekuensi pakan sebanyak 5 kali dalam sehari. Udang Berumur 75 Hingga 90 Hari Umur udang yang mencapai 75 hingga 90 hari umumnya memiliki berat hingga 18 gram. Bentuk pakan udang yang direkomendasikan adalah pellet. Udang dewasa biasanya diberi makan hingga 5 kali dalam sehari. Hal yang Harus Diperhatikan Saat Membeli Pakan Ketika memberi pakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti Ukuran Butiran Pakan Saat memberi pakan pada udang, ukuran pakan harus sesuai dengan mulut dan capit udang, karena hal ini berkaitan dengan kualitas air. Pakan yang terlalu besar, membuat udang sulit untuk memakannya, akhirnya efisiensi pakan udang menjadi lebih rendah dan menurunkan kualitas air. Jumlah Pakan Selain butiran pakan, jumlah pakan juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Anda dapat mengikuti jumlah pakan sesuai dengan ketentuan di atas. Cara Pemberian Pakan Hal terakhir yang harus diperhatikan adalah cara pemberian pakan. Pemberian pakan bisa dicampur dengan air, sehingga pakan bisa lebih rata dan cepat tenggelam. Memberi pakan udang dengan tambahan air juga membuat pakan tidak mudah tertiup air. Setelah pakan dibasahi secukupnya, pakan dapat langsung disebar di sekeliling kolam. Pastikan pakan tersebar dengan merata. Awal frekuensi pemberian pakan umumnya 3 kali dalam sehari, kemudian 4 kali dalam sehari. Kemudian, jam pemberian pakan mulai dari pukul 7 pagi, kemudian 11 siang, 3 sore, 7 malam, dan di atas 11 malam. Lebih baik hindari melakukan pemberian pakan apapun alasannya di atas jam 11 malam, karena pemberian pakan di waktu tersebut akan membuat kualitas air menurun, suhu menurun dan dapat meningkatkan daya racun. Dampak Pemberian Pakan yang Keliru Terkadang, karena baru menyelami bisnis budidaya tambak udang, petambak langsung ingin melakukan pemberian pakan dalam jumlah banyak agar udang yang dibudidaya cepat besar. Padahal, bila pemberian pakan tidak dilakukan dengan baik, berikut sejumlah dampak yang terjadi, antara lain Dosis Pakan Terlalu Sedikit Bila dosis pakan yang diberikan terlalu sedikit, pertumbuhan serta perkembangan udang akan menjadi sangat terhambat, selain itu udang juga akan saling memangsa sehingga terjadi kanibalisme. Bahkan, ketika pemberian pakan sedikit, bagian dasar kolam terjadi pembusukan yang berasal dari bahan sisa udang yang mati. Pemberian Pakan Terlalu Banyak Bagaimana jika pakan yang diberi terlalu banyak? Jika pemberian pakan terlalu banyak, udang menjadi mudah terserang penyakit. Bukan hanya itu, pemberian air pakan yang terlalu banyak juga membuat kualitas air menjadi buruk. Buruknya kualitas air ini disebabkan karena pembusukan yang terjadi di dasar kolam. Kandungan amonia juga menjadi tinggi dan bakteri patogen menjadi semakin meningkat. Bagi petambak yang baru saja memulai proses budidaya, menghitung pemberian pakan udang vaname menurut umur memang tidak semudah yang dibayangkan. Bila ingin memulai budidaya udang tetapi belum memiliki pengalaman sebelumnya, Tambak Milenial dapat dijadikan sebagai pilihan. Bersama dengan Tambak Milenial, baik menggunakan jenis budidaya tambak super intensif atau intensif, semua dapat dilakukan dengan mudah.
EJIN. 07drop2ol8.pages.dev/24007drop2ol8.pages.dev/15307drop2ol8.pages.dev/39407drop2ol8.pages.dev/33607drop2ol8.pages.dev/15507drop2ol8.pages.dev/14007drop2ol8.pages.dev/11407drop2ol8.pages.dev/14507drop2ol8.pages.dev/144
pemberian pakan udang vaname menurut umur